Well, ini adalah tugas akhir dari mata kuliah Kapita Selekta, yaitu mereview jurnal tentang golongan Elite.
Apa itu elite? tentunya kita sudah tidak asing dengan kata tersebut. Elite sendiri berasal dari bahasa Prancis elite yang dalam bahasa inggris setara dengan chose ----> pilihan, terpilih. Awalnya digunakan untuk barang, akan tetapi mengalami perkembangan dan perluasan makna sehingga disematkan untuk manusia (kurang lebih kek gitulah, wkwk)
Kenapa dari sebagian banyak jurnal tentang elite, milih jurnal ini? dulu sih jawabnya gini,,,,
Alasan:
Sebuah jurnal yang
membahas akan sosok perempuan dalam kelompok-kelompok elite dan posisi-posisi
elite di Amerika Serikat (United State of
America) ini dipilih sebagai tugas paper karena memiliki daya tarik dalam segi
wilayah, yaitu di negara Amerika Serikat, di mana paham kebebasan (liberalisme)
dijunjung tinggi, dan dengan adanya aspek kebebasan dalam sendi kehidupan masyarakat
Amerika tersebut apakah memberikan ruang pada perempuan untuk dapat duduk dalam
posisi-posisi di tingkat atas, baik di pemerintahan, pendidikan, maupun
perusahaan. Perempuan yang biasanya diidentikan berada pada posisi kedua
setelah laki-laki apakah memiliki akses yang cukup untuk dapat masuk dalam
jajaran kelompok elite dan dengan semakin majunya pendidikan dalam kaum
perempuan apakah dapat membawa perempuan untuk menduduki posisi elite yang
setara dengan laki-laki.
Isi :
Sejak seperempat abad Undang-Undang Hak Sipil (Civil Right Act) berlalu, jumlah
perempuan dalam jabatan-jabatan dan program gelar profesional telah meningkat
dan berkembang ke tingkat yang belum pernah tercapai. Perempuan menjadi semakin terintegrasi ke dalam arena
ekonomi dan politik di Amerika Serikat.
Posisi elite di kantor pembuat kebijakan dan administrasi
tingkat atas dalam lembaga-lembaga ekonomi dan politik banyak dijabat oleh laki-laki, sedangkan
perempuan menunjukan keterwakilan yang tidak mencapai lebih dari 10 persen
dalam posisi elite. Sebuah survei yang
dilakukan oleh Heidrick and
Struggles menemukan bahwa wanita
mewakili sekitar 5 persen dari kursi direktur di perusahaan besar pada tahun
1987, 5
persen dari akuntan tingkat atas, 9 persen dari pengacara tingkat atas, dan 7
persen dari tingkat atas direktur personil
Pada tingkat pemerintahanpun perempuan mengalami hal yang
sama, di mana pada tingkat federal
tidak ada wanita yang pernah menjabat sebagai presiden atau wakil presiden, dan
hanya satu yang
dinominasikan untuk menjadi
presiden dari partai politik besar. Rata-rata hanya 1 dari 13 posisi kabinet dipegang oleh seorang
wanita. Dalam cabang legislatif perempuan memegang 5 persen kursi di DPR dan 2
persen kursi Senat. Proporsi yang sesuai pada tahun 1961 adalah 4 persen dan 2
persen, yang menunjukkan sedikit peningkatan peran perempuan dari posisi ini dari waktu ke waktu. Dalam
cabang yudisial hanya 1 dari 104 posisi hakim Mahkamah Agung
yang dijabat seorang wanita. Di tingkat negara bagian dan lokal perempuan
memegang 3 dari 50 gubernur dan 11 persen dari posisi
walikota. Perempuan juga
memegang sekitar 16 persen kursi legislatif negara. Kenaikan jumlah perempuan di posisi elit di tingkat negara bagian dan lokal telah melampaui jumlah
ditingkat federal. Sedangkan
dalam akademisi sebuah survei pada tahun 1983 dari dekan akademik menemukan bahwa sekitar 22
persen dari posisi yang dipegang oleh perempuan.
Keterwakilan dan peningkatan perempuan dalam posisi dan kelompok elite ini tentu
ikut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tingkat pendidikan atau pengalaman
dalam pekerjaan tertentu, ahli waris atau bahkan dari karakteristik demografi. Pendidikan yang diraih oleh perempuan dapat
menjadi suatu peluang besar dalam masuk ke posisi elit tertentu, karena
sepanjang tahun 1949/1950 hingga 2010 terjadi peningkatan pendidikan perempuan
dalam berbagai jenjang, baik sarjana, master maupun doctor, dari bidang hukum
maupun bisnis. Selain itu, Perempuan memiliki distribusi yang sama dari
pekerjaan, pendidikan, atau keanggotaan yang bersifat sukarela dengan laki-laki, sehingga proporsi kursi
legislatif yang dipegang oleh perempuan sekitar 23 persen di lembaga tinggi dan 29 persen di lembaga yang lebih rendah. Dengan adanya kualifikasi yang sama ini,
jumlah permpuan dalam sebuah elite akan meningkatkan keterwakilan perempuan di
legislatif negara dalam menduduki posisi elite, meskipun laki-laki
masih akan
mendominasi dan cenderung memiliki keuntungan yang signifikan dalam pemilu
negara.
Meskipun pendidikan
menjadi suatu syarat dalam masuk kelompok elite, terdapat kelompok pekerja yang berpotensial uantuk dapat menduduki
posisi elite yaitu militer, jabatan manager, akademisi, pengacara dan hakim
serta akuntan. Di mana peran dan proporsi perempuan dalam lima pekerjaan ini
mengalami peningkatan dalam angkatan
kerja dari tahun ke tahun, meskipun pada bidang militer tidak mengalami kenaikan
yang cukup signifikan. Perempuan saat ini
mewakili lebih dari 44 persen dari tenaga kerja. Namun, hal ini tidak berarti bahwa wanita akan mewakili lebih dari 44
persen dari posisi elite. Sehingga keterlibatan
perempuan dalam Mature Elite Pools dapat
meningkatkan status elite perempuan sebagai prediksi dalam keterwakilan
perempuan di dalam posisi elite.
Dengan adanya peningkatan perempuan dalam lembaga-lembaga
elit dan juga perannya dalam posisi elite dapat memberikan sebuah korelasi yang
kuat antara andil perempuan dalam anggota kelompok elite dan andil mereka di
posisi elite di kelompok elite pendidikan, sektor privat dan juga pemerintahan
yang dapat dipergunakan untuk meramalkan apa yang terjadi pada status perempuan
dimasa mendatang
Kesimpulan
Meskipun jaman telah
berubah dan paham kebebasan merebak dalam segala bidang kehidupan, namun wanita
masih menempati peringkat kedua dalam kelompok-kelompok elite, baik di
pemerintahan, perusahaan dan pendidikan. Hal ini tidak hanya terjadi di
Amerika, tetapi juga terjadi di Indoneisa, di mana perempuan masih jarang
menempati posisi-posisi elite dalam jumlah yang lebih besar dari laki-laki,.
Meskipun demikian, sejak bergulirnya emansispasi wanita di Indoneisa, peran perempuan
pun mulai diperhitungkan dalam kalangan elite dan posisi elite. Keterwakilan
perempuan dalam kelompok-kelompok elite dan posisi-posisi elite mulai mengalami
kenaikan dan kemajuan juga layaknya di Amerika, dapat kita lihat dalam bidang
pemerintahan, yaitu jajaran menteri-menteri, terdapat keterwakilan perempuan
seperti Susi, Puan, dan yang lainnya, posisi walikota Surabaya, Risma, bahkan
di Indoneisa perempuan pernah menjabat posisi tertinggi dalam pemerintahan,
yaitu posisi Presiden Republik Indonesia, yang dijabat oleh Megawati
Soekarnoputri. Tidak hanya dalam jabatan di pemerintahan, perempuan di Indonesia
masuk pula dalam jajaran elite pendidikan di universitas, seperti di
Universitas Indoneisa, beberapa dekan fakultasnya adalah perempuan, yaitu dekan
FK, Fasilkom, FIK, FKM dan FPsiko.
Keberlangsungan perempuan
Indonesia dalam menjabat di posisi elite dan kelompok elite diharapakan dapat
meningkat seiring peningkatan pendidikan yang telah dicapai.