Senin, 11 Februari 2019

Women in Elite Pools and Elite Positions


Well, ini adalah tugas akhir dari mata kuliah Kapita Selekta, yaitu mereview jurnal tentang golongan Elite.
Apa itu elite? tentunya kita sudah tidak asing dengan kata tersebut. Elite sendiri berasal dari bahasa Prancis elite yang dalam bahasa inggris setara dengan chose ----> pilihan, terpilih. Awalnya digunakan untuk barang, akan tetapi mengalami perkembangan dan perluasan makna sehingga disematkan untuk manusia (kurang lebih kek gitulah, wkwk)

Kenapa dari sebagian banyak jurnal tentang elite, milih jurnal ini? dulu sih jawabnya gini,,,,
Alasan:
Sebuah jurnal yang membahas akan sosok perempuan dalam kelompok-kelompok elite dan posisi-posisi elite di Amerika Serikat (United State of America) ini dipilih sebagai tugas paper karena memiliki daya tarik dalam segi wilayah, yaitu di negara Amerika Serikat, di mana paham kebebasan (liberalisme) dijunjung tinggi, dan dengan adanya aspek kebebasan dalam sendi kehidupan masyarakat Amerika tersebut apakah memberikan ruang pada perempuan untuk dapat duduk dalam posisi-posisi di tingkat atas, baik di pemerintahan, pendidikan, maupun perusahaan. Perempuan yang biasanya diidentikan berada pada posisi kedua setelah laki-laki apakah memiliki akses yang cukup untuk dapat masuk dalam jajaran kelompok elite dan dengan semakin majunya pendidikan dalam kaum perempuan apakah dapat membawa perempuan untuk menduduki posisi elite yang setara dengan laki-laki.
Isi :
Sejak seperempat abad Undang-Undang Hak Sipil (Civil Right Act) berlalu, jumlah perempuan dalam jabatan-jabatan dan program gelar profesional telah meningkat dan berkembang ke tingkat yang belum pernah tercapai. Perempuan menjadi semakin terintegrasi ke dalam arena ekonomi dan politik di Amerika Serikat.
Posisi elite di kantor pembuat kebijakan dan administrasi tingkat atas dalam lembaga-lembaga ekonomi dan politik  banyak dijabat oleh laki-laki, sedangkan perempuan menunjukan keterwakilan yang tidak mencapai lebih dari 10 persen dalam posisi elite. Sebuah survei yang dilakukan oleh Heidrick and Struggles menemukan bahwa wanita mewakili sekitar 5 persen dari kursi direktur di perusahaan besar pada tahun 1987, 5 persen dari akuntan tingkat atas, 9 persen dari pengacara tingkat atas, dan 7 persen dari tingkat atas direktur personil
Pada tingkat pemerintahanpun perempuan mengalami hal yang sama, di mana pada tingkat federal tidak ada wanita yang pernah menjabat sebagai presiden atau wakil presiden, dan hanya satu yang dinominasikan untuk menjadi presiden dari partai politik besar. Rata-rata hanya 1 dari 13 posisi kabinet dipegang oleh seorang wanita. Dalam cabang legislatif perempuan memegang 5 persen kursi di DPR dan 2 persen kursi Senat. Proporsi yang sesuai pada tahun 1961 adalah 4 persen dan 2 persen, yang menunjukkan sedikit peningkatan peran perempuan dari posisi ini dari waktu ke waktu. Dalam cabang yudisial hanya 1 dari 104 posisi hakim Mahkamah Agung yang dijabat seorang wanita. Di tingkat negara bagian dan lokal perempuan memegang 3 dari 50 gubernur dan 11 persen dari posisi walikota. Perempuan juga memegang sekitar 16 persen kursi legislatif negara. Kenaikan jumlah perempuan di posisi elit di tingkat negara bagian dan lokal telah melampaui jumlah ditingkat federal. Sedangkan dalam akademisi sebuah survei pada tahun 1983 dari dekan akademik menemukan bahwa sekitar 22 persen dari posisi yang dipegang oleh perempuan.
Keterwakilan dan peningkatan perempuan  dalam posisi dan kelompok elite ini tentu ikut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tingkat pendidikan atau pengalaman dalam pekerjaan tertentu, ahli waris atau bahkan dari karakteristik demografi. Pendidikan yang diraih oleh perempuan dapat menjadi suatu peluang besar dalam masuk ke posisi elit tertentu, karena sepanjang tahun 1949/1950 hingga 2010 terjadi peningkatan pendidikan perempuan dalam berbagai jenjang, baik sarjana, master maupun doctor, dari bidang hukum maupun bisnis. Selain itu, Perempuan memiliki distribusi yang sama dari pekerjaan, pendidikan, atau keanggotaan yang bersifat sukarela dengan laki-laki, sehingga proporsi kursi legislatif yang dipegang oleh perempuan sekitar 23 persen di lembaga tinggi dan 29 persen di lembaga yang lebih rendah. Dengan adanya kualifikasi yang sama ini, jumlah permpuan dalam sebuah elite akan meningkatkan keterwakilan perempuan di legislatif negara dalam menduduki posisi elite, meskipun laki-laki masih akan mendominasi dan cenderung memiliki keuntungan yang signifikan dalam pemilu negara.
Meskipun pendidikan menjadi suatu syarat dalam masuk kelompok elite, terdapat kelompok pekerja  yang berpotensial uantuk dapat menduduki posisi elite yaitu militer, jabatan manager, akademisi, pengacara dan hakim serta akuntan. Di mana peran dan proporsi perempuan dalam lima pekerjaan ini mengalami peningkatan  dalam angkatan kerja dari tahun ke tahun, meskipun pada bidang militer tidak mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Perempuan saat ini mewakili lebih dari 44 persen dari tenaga kerja. Namun, hal ini tidak berarti bahwa wanita akan mewakili lebih dari 44 persen dari posisi elite. Sehingga keterlibatan perempuan dalam Mature Elite Pools dapat meningkatkan status elite perempuan sebagai prediksi dalam keterwakilan perempuan di dalam posisi elite.
Dengan adanya peningkatan perempuan dalam lembaga-lembaga elit dan juga perannya dalam posisi elite dapat memberikan sebuah korelasi yang kuat antara andil perempuan dalam anggota kelompok elite dan andil mereka di posisi elite di kelompok elite pendidikan, sektor privat dan juga pemerintahan yang dapat dipergunakan untuk meramalkan apa yang terjadi pada status perempuan dimasa mendatang
Kesimpulan
Meskipun jaman telah berubah dan paham kebebasan merebak dalam segala bidang kehidupan, namun wanita masih menempati peringkat kedua dalam kelompok-kelompok elite, baik di pemerintahan, perusahaan dan pendidikan. Hal ini tidak hanya terjadi di Amerika, tetapi juga terjadi di Indoneisa, di mana perempuan masih jarang menempati posisi-posisi elite dalam jumlah yang lebih besar dari laki-laki,. Meskipun demikian, sejak bergulirnya emansispasi wanita di Indoneisa, peran perempuan pun mulai diperhitungkan dalam kalangan elite dan posisi elite. Keterwakilan perempuan dalam kelompok-kelompok elite dan posisi-posisi elite mulai mengalami kenaikan dan kemajuan juga layaknya di Amerika, dapat kita lihat dalam bidang pemerintahan, yaitu jajaran menteri-menteri, terdapat keterwakilan perempuan seperti Susi, Puan, dan yang lainnya, posisi walikota Surabaya, Risma, bahkan di Indoneisa perempuan pernah menjabat posisi tertinggi dalam pemerintahan, yaitu posisi Presiden Republik Indonesia, yang dijabat oleh Megawati Soekarnoputri. Tidak hanya dalam jabatan di pemerintahan, perempuan di Indonesia masuk pula dalam jajaran elite pendidikan di universitas, seperti di Universitas Indoneisa, beberapa dekan fakultasnya adalah perempuan, yaitu dekan FK, Fasilkom, FIK, FKM dan FPsiko.
Keberlangsungan perempuan Indonesia dalam menjabat di posisi elite dan kelompok elite diharapakan dapat meningkat seiring peningkatan pendidikan yang telah dicapai.