Angin berhembus ke wilayah pesisir pantai,
suara ombak silih berganti menerjang pantai pasir putih dan dan kapal-kapal
bersandar tak tergoyahkan di setiap rumah-rumah nelayan. Suatu suasana yang saya
rasakan ketika pertama kali melakukan penelitian bersama teman, riski, di desa
sarang tiung, kabupaten kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan, pada tanggal 21
Agustus 2015.
Research Camp 2015, dengan mengusung tema
tentang kemaritiman Indonesia dan kami para researcher dari KSM Eka Prasetya UI
2015 melakukan penelitian ke wilayah Kalimantan Selatan, Khusunya desa sarang
tiung, Kabupaten Kotabaru, karena digadang-gadang menjadi poros maritimnya
indonesia bahkan dunia. Perjalanan dari Jakarta ke Desa Sarang Tiung , Kotabaru
ini memakan waktu sekitar satu hari satu malam sehingga saya yang berangkat
dari Jakarta pada hari jumat pukul 14.00 wib sampai ke desa sarang tiung
sekitar pukul 06.00 pagi keesokan harinya.
Penelitian ini terdiri dari para researcher
yang datang dengan dua gelombang kedatangan. Pertama, yang datang pada tanggal
18 agustus, salah satuya riski. Kedua, yang datang pada tanggal 21 Agustus
2015, salah satunya saya. Kegiatan research camp ini berlangsung sampai tanggal
27 agustus 2015. Saya yang hanya memiliki sisa waktu sekitar satu minggu, harus
segera membantu teman saya terjun lapangan dalam penelitian kami mengenai
Faktor Alih Profesi. Maka, setelah saya sampai desa sarang tiung sekitar pukul
06.00 WITA pagi tersebut, tiga jam kemudian, sekitar pukul 10.00 saya langsung pergi mencari objek penelitian.
Hanya berdua dengan riski, kami melakukan
penelusuran rt-rt yang ada di desa sarang tiung. Seperti wilayah-wilayah pantai
lainnya, matahari begitu terik dan udara begitu panas sehingga kami seringkali
pergi ke warung –warung yang berada di sepanjang jalur pencarian objek penlitia
untuk sekedar membeli minum, istirahat maupun bertanya. Sebagai seorang
peneliti, tentu kami membawa kuisioner-kuisioner sebgai bahan isian objek
penlitain, yaitu masyarakat yang dahulunya nelayan tetapi sekarang tidak lagi.
Kuisioner-kisioner ini saya bawa dengan menggunakan map dan saya pegang selama
perjalanan mencari objek penelitian. Perlu diingat, kami mencari objek
penelitian dengan berjalan kaki belasan kilometer dari tempat kami tinggal.
Wajah-wajah polos kami yang baru di desa sarang tiung menyebabkan banyak menimbulkan
spekulasi masyarakat akan kedatangan kami, selain menjadi seorang peneliti, spekulasi
yang muncul adalah sebagai penjual bahkan peminta sumbangan.
Seperti berikut kejadiannya ……..
Lelah menempuh kiloan meter bahkan belasan
kilo meter perjalanan darat menggunakan sepasang kaki yang beralaskan sandal
jepit, kami menghampiri sebuah warung warga untuk membeli minum. Sebelum tiba
pada warung tersebut, tiba-tiba
terlihatlah suatu objek di etalase warung yang dikenal teman saya, riski, sebagai
bedak yang selama ini dicari-carinya, yaitu bedak merk XXX. Senang dengan hal
tersebut teman saya langsung menghampiri warung tersebut, tetapi ibu warungnya
tidak ada ditempat. Stelah sekian menit menunggu adalah ibu pemilik warung
dipinggir didepan rumahnya (pinggir warung-red). Sontak teman sayapun berkata
pada ibu tersebut bahwa dia ingin membeli bedak merk XXX, namun bukannya
mendapat jawaban yang diharapkan, ibunya malah menjawab bahwa dia tidak ingin
membeli bedak XXX, katanya dia tidak menjual bedak tersebut di warungnya.
Kamipun bingung. Beberapa detik dalam kehenngan lalu kamipun menyadari bahwa
ibu warung ini menganggap bahwa kami ingin menjual bedak merk XXX pada
warungnya, dan ibu ini tidak ingin membelinya. Maka teman sayapun menjelaskan
kembali bahwa dia ingin membeli bedak merk XXX yang ada di etalase warung ibu
tersebut sambil menunjuk benda yang dibicarakan, ibu warung tersebutpun akhirnya
paham bahwa kami bukanlah sales bedak. Patut juga diingat bahwa ketika kami datang
dan bilang ingin membeli bedak, wajah ibu tersebut “kurang ramah” namun setelah
tahu bahwa kami pembeli maka raut wajahnya berubah. Haha. Setelah suasana
mencair (serah terima antara bedak merk XXX dengan sejumlah rupiah-red), ibu
inipun menceritakan bahwa banyak wajah-wajah baru yang datang merupakan sales
yang kadang-kadang menawarkan barang-barang dagangan pada warungnya, sehingga
dia sudah terbiasa untuk segera menolaknya.
Dan cerita tersebutpun berakhir, kami pamit
untuk melanjutkan perjalanan setelah sebelumnya bertanya pada ibu tersebut
mengenai rt-rt mana saja yang banyak masyarakatnya beralih profesi.
Namun, penderitaan sebgai wajah baru di
desa sarang tiung ini belum berakhir. Sekitar pukul 16.00 WITA, sore hari yang
begitu cerah, cobaan kembali menerpa kami. Di RT. 07 tepatnya kejadian ini
berlangsung. Setealah mengunjungi rumah bapak RT 07 dan mendaptkan beberapa
rekomendasi akan siapa-siapa saj yang beralih profesi, mulailah kami bergerilya
pada rumah-rumah yang dimaksud. Ada dua ruamh yang membuat sore kami menjadi
lengkap sudah sebagai wajah baru yang menimbulkan spekulasi negaif.
Dua rumah bertetangga yang berapa pada
pinggir jalan, jalan raya satu-satunya yang menjadi suatu akses menuju desa
sarang tiung. Kami menyebrangi jalan tersebut dari rumah pak rt ke dua rumah
yan dimaksud. Sebenarnya ada tiga rumah yng kami kunjungi setelah rumah pak RT,
tetapi pengalaman dari dua rumah sajalah yang membuat cerita perjalanan kami
sangat unik. Rumah yang pertama kami kunjungi biasa saja, rumah kedua yang kami
kunjungi disambut oleh ibu pemilik rumah yang raut wjahnya sudah terlihat
curiga dnegan kedtangan kami yang menenteng map. “ mau apa?” tanya ibu tersebut
pada kami, kami menjawab bahwa kami ingin bertemu bapak, lalu ibu tersebut
bilang bahwa bapaknya tidak ada dan sedang bekerja, lalu ibu tersebut pun
kembali bertanya dengan penuh selidik “mengapa mencari bapak”, lalu kami
jelaskan blablabla, lalu ibunya bertanya lagi “kenapa nama bapak ada di list
kalian? Mengapa pak rt ngasih nama bapak?” duuhhh kami yang sudah tidak enak
ditanya-tanya dengn curiga oleh ibu tersebut kembai menjelaskan maksud kami dan
kenapa pak rt memberikan nama bapak tersebut serta kami jelaskan pula bahwa
tidak hanya nama bapak tersebut pula yang dkasih oleh pak rt kepada kami.
Setelah iu tersbut “terbuka” mata dan hatinya maka diapun berhenti curiga,
karena urusan kami tidak ada lagi maka kamipun pamit dari rumaht ersebut. Dan
mulailah kami mengunjungi rumah ketiga, yaitu tetangga rumah kedua.
Tok, tok, tok, kami mengetuk pintu yang
sebenarnya terbuka dan kami melihat anak kecil yang sendag menontont
television. “assalamualaikum, dek permisi, bapaknya ada?” kami mengucapkan
salam dan bertanya. Anak kecil tersebut langusng menengok ke kami dan pergi ke
dalam rumahnya yang lain, yang kami pastikan bahwa dia sedang memanggil ibunya
atau bapaknya. Tidak lama kemudian, muncullah ibunya dari dalam rumah tidak
berkerudung, HANYA muncul, melihat kami dan kembali ke kamar atau apalah itu.
Kami menunggu dan berfikir bahwa ibunya sendang memakai kerudung dan akan
kembali menhampir kami, tetapi yang terjadi adalah anak kecil tadi yang muncul
dngan senyum-senyum pada kami. Saya jujur saja tidak ‘ngeh’ akan apa yang
terjadi, tiba-tiba teman saya bilang “kak yuk kita pulang” dan berkata pada
anak kecil tadi “ dek kita pulang aja kalau bapaknya tidak ada di rumah”. Tenu
saja saya bingun, kenapa pula teman saya ini tidak menunggu ibunya keluar
kamar, toh seberapa lama soh memakai kerudung?. Tetapi teman saya malah ketawa
dan bertanya “ kakak tidak liahtkah apa yang dibawa oleh anak kecil tadi?”,
“tidak” saya menjawab dngan masih bingung. “kak, ibu tadi tidak akan keluar
lagi, karena dia menyuruh anaknya untuk memberikan uang pada kita, anaknya tadi
bawa uang 2000 rupiah, aku yakin ibunya mengira bahwa kita adalah peminta
sumbangan” , “Ohhh” lalu saya pun mulai tertawa dan paham mengapa ibunya tidak
kembali-kembali setelah melihat kami dan hanya menyuruh anaknya yang masih
kecil untuk menemui kami,,, yahhh meskipun telat paham akan situasi tersebut,
saya pun tidak ambil hati.
Keadaan langitpun mulai meredup, kami yang
sudah lelah menempuh perjalanan jauh tersebut akhirnya harus mengakhiri
pencarian objek penlitian kami hari ini, hari pertama yang berkesan untuk saya
kenang. Perlu diingat kembali (sudak ketiga kalinya, haha) bahwa selama
seharian itu kami mendapat beberapa objek penelitian dan kami pulang kembali
hanya menggunakan kedua kaki kami yang hanya beralaskan sandal jepit, untungnya
sandal jepit baru.
Dann cerita hari ini selesai,, tetapi
cerita esok haripun lebih seru karena kami bertemu dan mewawancarai para “bos”
nelayan setempat yang rumahnya paling bagus sendiri diantara rumah-rumah lain…
tapi itu next story yaaaa ^^v
#maaf apabila ada kata-kata yang
menyinggung atau gimanaaa gitu
#maaf bahasanya gak baku
#maaf ceritanya ngaler ngidul
#maaf narasinya acak-acakan
#maaf kalo ini nyepam
#maaf penulisannya belum gue edit lagi,
besar kecil miring titik koma
#ngantukkkk
#makasih udah dibaca, wkwkwk
LOVE YOU, ALL COMITTES OF ISRS 2015
Without you, I m nothing :*