Rabu, 31 Agustus 2016

Face of Researcher? Perjalanan Penelitian di Sarangtiung, Kalimantan Selatan






Angin berhembus ke wilayah pesisir pantai, suara ombak silih berganti menerjang pantai pasir putih dan dan kapal-kapal bersandar tak tergoyahkan di setiap rumah-rumah nelayan. Suatu suasana yang saya rasakan ketika pertama kali melakukan penelitian bersama teman, riski, di desa sarang tiung, kabupaten kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan, pada tanggal 21 Agustus 2015.
Research Camp 2015, dengan mengusung tema tentang kemaritiman Indonesia dan kami para researcher dari KSM Eka Prasetya UI 2015 melakukan penelitian ke wilayah Kalimantan Selatan, Khusunya desa sarang tiung, Kabupaten Kotabaru, karena digadang-gadang menjadi poros maritimnya indonesia bahkan dunia. Perjalanan dari Jakarta ke Desa Sarang Tiung , Kotabaru ini memakan waktu sekitar satu hari satu malam sehingga saya yang berangkat dari Jakarta pada hari jumat pukul 14.00 wib sampai ke desa sarang tiung sekitar pukul 06.00 pagi keesokan harinya.
Penelitian ini terdiri dari para researcher yang datang dengan dua gelombang kedatangan. Pertama, yang datang pada tanggal 18 agustus, salah satuya riski. Kedua, yang datang pada tanggal 21 Agustus 2015, salah satunya saya. Kegiatan research camp ini berlangsung sampai tanggal 27 agustus 2015. Saya yang hanya memiliki sisa waktu sekitar satu minggu, harus segera membantu teman saya terjun lapangan dalam penelitian kami mengenai Faktor Alih Profesi. Maka, setelah saya sampai desa sarang tiung sekitar pukul 06.00 WITA pagi tersebut, tiga jam kemudian, sekitar pukul 10.00  saya langsung pergi mencari objek penelitian.
Hanya berdua dengan riski, kami melakukan penelusuran rt-rt yang ada di desa sarang tiung. Seperti wilayah-wilayah pantai lainnya, matahari begitu terik dan udara begitu panas sehingga kami seringkali pergi ke warung –warung yang berada di sepanjang jalur pencarian objek penlitia untuk sekedar membeli minum, istirahat maupun bertanya. Sebagai seorang peneliti, tentu kami membawa kuisioner-kuisioner sebgai bahan isian objek penlitain, yaitu masyarakat yang dahulunya nelayan tetapi sekarang tidak lagi. Kuisioner-kisioner ini saya bawa dengan menggunakan map dan saya pegang selama perjalanan mencari objek penelitian. Perlu diingat, kami mencari objek penelitian dengan berjalan kaki belasan kilometer dari tempat kami tinggal. Wajah-wajah polos kami yang baru di desa sarang tiung menyebabkan banyak menimbulkan spekulasi masyarakat akan kedatangan kami, selain menjadi seorang peneliti, spekulasi yang muncul adalah sebagai penjual bahkan peminta sumbangan.
Seperti berikut kejadiannya ……..
Lelah menempuh kiloan meter bahkan belasan kilo meter perjalanan darat menggunakan sepasang kaki yang beralaskan sandal jepit, kami menghampiri sebuah warung warga untuk membeli minum. Sebelum tiba pada warung tersebut,  tiba-tiba terlihatlah suatu objek di etalase warung yang dikenal teman saya, riski, sebagai bedak yang selama ini dicari-carinya, yaitu bedak merk XXX. Senang dengan hal tersebut teman saya langsung menghampiri warung tersebut, tetapi ibu warungnya tidak ada ditempat. Stelah sekian menit menunggu adalah ibu pemilik warung dipinggir didepan rumahnya (pinggir warung-red). Sontak teman sayapun berkata pada ibu tersebut bahwa dia ingin membeli bedak merk XXX, namun bukannya mendapat jawaban yang diharapkan, ibunya malah menjawab bahwa dia tidak ingin membeli bedak XXX, katanya dia tidak menjual bedak tersebut di warungnya. Kamipun bingung. Beberapa detik dalam kehenngan lalu kamipun menyadari bahwa ibu warung ini menganggap bahwa kami ingin menjual bedak merk XXX pada warungnya, dan ibu ini tidak ingin membelinya. Maka teman sayapun menjelaskan kembali bahwa dia ingin membeli bedak merk XXX yang ada di etalase warung ibu tersebut sambil menunjuk benda yang dibicarakan, ibu warung tersebutpun akhirnya paham bahwa kami bukanlah sales bedak. Patut juga diingat bahwa ketika kami datang dan bilang ingin membeli bedak, wajah ibu tersebut “kurang ramah” namun setelah tahu bahwa kami pembeli maka raut wajahnya berubah. Haha. Setelah suasana mencair (serah terima antara bedak merk XXX dengan sejumlah rupiah-red), ibu inipun menceritakan bahwa banyak wajah-wajah baru yang datang merupakan sales yang kadang-kadang menawarkan barang-barang dagangan pada warungnya, sehingga dia sudah terbiasa untuk segera menolaknya.
Dan cerita tersebutpun berakhir, kami pamit untuk melanjutkan perjalanan setelah sebelumnya bertanya pada ibu tersebut mengenai rt-rt mana saja yang banyak masyarakatnya beralih profesi.
Namun, penderitaan sebgai wajah baru di desa sarang tiung ini belum berakhir. Sekitar pukul 16.00 WITA, sore hari yang begitu cerah, cobaan kembali menerpa kami. Di RT. 07 tepatnya kejadian ini berlangsung. Setealah mengunjungi rumah bapak RT 07 dan mendaptkan beberapa rekomendasi akan siapa-siapa saj yang beralih profesi, mulailah kami bergerilya pada rumah-rumah yang dimaksud. Ada dua ruamh yang membuat sore kami menjadi lengkap sudah sebagai wajah baru yang menimbulkan spekulasi negaif.
Dua rumah bertetangga yang berapa pada pinggir jalan, jalan raya satu-satunya yang menjadi suatu akses menuju desa sarang tiung. Kami menyebrangi jalan tersebut dari rumah pak rt ke dua rumah yan dimaksud. Sebenarnya ada tiga rumah yng kami kunjungi setelah rumah pak RT, tetapi pengalaman dari dua rumah sajalah yang membuat cerita perjalanan kami sangat unik. Rumah yang pertama kami kunjungi biasa saja, rumah kedua yang kami kunjungi disambut oleh ibu pemilik rumah yang raut wjahnya sudah terlihat curiga dnegan kedtangan kami yang menenteng map. “ mau apa?” tanya ibu tersebut pada kami, kami menjawab bahwa kami ingin bertemu bapak, lalu ibu tersebut bilang bahwa bapaknya tidak ada dan sedang bekerja, lalu ibu tersebut pun kembali bertanya dengan penuh selidik “mengapa mencari bapak”, lalu kami jelaskan blablabla, lalu ibunya bertanya lagi “kenapa nama bapak ada di list kalian? Mengapa pak rt ngasih nama bapak?” duuhhh kami yang sudah tidak enak ditanya-tanya dengn curiga oleh ibu tersebut kembai menjelaskan maksud kami dan kenapa pak rt memberikan nama bapak tersebut serta kami jelaskan pula bahwa tidak hanya nama bapak tersebut pula yang dkasih oleh pak rt kepada kami. Setelah iu tersbut “terbuka” mata dan hatinya maka diapun berhenti curiga, karena urusan kami tidak ada lagi maka kamipun pamit dari rumaht ersebut. Dan mulailah kami mengunjungi rumah ketiga, yaitu tetangga rumah kedua.
Tok, tok, tok, kami mengetuk pintu yang sebenarnya terbuka dan kami melihat anak kecil yang sendag menontont television. “assalamualaikum, dek permisi, bapaknya ada?” kami mengucapkan salam dan bertanya. Anak kecil tersebut langusng menengok ke kami dan pergi ke dalam rumahnya yang lain, yang kami pastikan bahwa dia sedang memanggil ibunya atau bapaknya. Tidak lama kemudian, muncullah ibunya dari dalam rumah tidak berkerudung, HANYA muncul, melihat kami dan kembali ke kamar atau apalah itu. Kami menunggu dan berfikir bahwa ibunya sendang memakai kerudung dan akan kembali menhampir kami, tetapi yang terjadi adalah anak kecil tadi yang muncul dngan senyum-senyum pada kami. Saya jujur saja tidak ‘ngeh’ akan apa yang terjadi, tiba-tiba teman saya bilang “kak yuk kita pulang” dan berkata pada anak kecil tadi “ dek kita pulang aja kalau bapaknya tidak ada di rumah”. Tenu saja saya bingun, kenapa pula teman saya ini tidak menunggu ibunya keluar kamar, toh seberapa lama soh memakai kerudung?. Tetapi teman saya malah ketawa dan bertanya “ kakak tidak liahtkah apa yang dibawa oleh anak kecil tadi?”, “tidak” saya menjawab dngan masih bingung. “kak, ibu tadi tidak akan keluar lagi, karena dia menyuruh anaknya untuk memberikan uang pada kita, anaknya tadi bawa uang 2000 rupiah, aku yakin ibunya mengira bahwa kita adalah peminta sumbangan” , “Ohhh” lalu saya pun mulai tertawa dan paham mengapa ibunya tidak kembali-kembali setelah melihat kami dan hanya menyuruh anaknya yang masih kecil untuk menemui kami,,, yahhh meskipun telat paham akan situasi tersebut, saya pun tidak ambil hati.
Keadaan langitpun mulai meredup, kami yang sudah lelah menempuh perjalanan jauh tersebut akhirnya harus mengakhiri pencarian objek penlitian kami hari ini, hari pertama yang berkesan untuk saya kenang. Perlu diingat kembali (sudak ketiga kalinya, haha) bahwa selama seharian itu kami mendapat beberapa objek penelitian dan kami pulang kembali hanya menggunakan kedua kaki kami yang hanya beralaskan sandal jepit, untungnya sandal jepit baru.
Dann cerita hari ini selesai,, tetapi cerita esok haripun lebih seru karena kami bertemu dan mewawancarai para “bos” nelayan setempat yang rumahnya paling bagus sendiri diantara rumah-rumah lain… tapi itu next story yaaaa ^^v

#maaf apabila ada kata-kata yang menyinggung atau gimanaaa gitu
#maaf bahasanya gak baku
#maaf ceritanya ngaler ngidul
#maaf narasinya acak-acakan
#maaf kalo ini nyepam
#maaf penulisannya belum gue edit lagi, besar kecil miring titik koma
#ngantukkkk
#makasih udah dibaca, wkwkwk


LOVE YOU, ALL COMITTES OF ISRS 2015
Without you, I m nothing :*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar