Jumat, 08 Desember 2017

My heart hurts (so much!)


Hari ini, tanggal 8 desember 2017, salah satu hari yang cukup menyakitkan. Pengumuman CPNS LIPI 2017. Memang nilai skd dan skb cat ku ga sebesar senior-senior ku. Yaa 3 orang yang ikut tes lanjutan untuk formasi peneliti ahli pertama sejarah Indonesia, semuanya dari kampusku,, seniorku angkatan 2011 dan 2012. Aku sendiri angkatan 2013 dan fresh graduate. Harapanku untuk dapat masuk menjadi keluarga lipi adalah di tes terakhir, yaitu wawancara. Aku meyakini betul bahwa secara organisasi, kepanitian, capaian prestasi, akademik kampus, penelitian, presentasi di forum intersnasional, aku lebih unggul dibanding senior-seniorku. Namun itu semua sepertinya tidak dapat menjamin apa-apa jika Allah berkehandak lain. Secara tidak diduga, nilai wawancara seniorku sama denganku, yang mana pupus sudah harapanku menjadi keluarga LIPI tahun ini. Kecewa sangaaaaatttt,,, nangis selama 5 menit,,,sedih bangettttt… my ambition to be a researcher in LIPI failed to achieve,,,,,, huhuhu😭😭😭😭

Rabu, 06 Desember 2017

Spices : The Europe Voyage to The East of New World (The Background of Journey)





peta penjelajahan samudra
sumber : internet :(


Produk apa yang berharga dan banyak diincar di Eropa atau di dunia pada saat ini? Minyak bumi kah? Batu bara kah? Teknologi kah? Ataukah Nuklir? Tentunya produk yang dibutuhkan dan ingin dimiliki sudah sangat beragam dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, menilik pada sejarah dan perkembangan dunia pada saat ini sepertinya tidak dapat dilepaskan dari dilakukannya pelayaran Samudra yang dipelopori oleh bangsa-bangsa Eropa. Untuk apa mereka melakukannya? Tentunya banyak latar belakang yang mendorong atau menariknya, dan satu hal yang pasti adalah karena kebutuhkan mereka akan REMPAH-REMPAH!


Rempah- rempah merupakan primadona dari beberapa barang dagangan yang diperjualbelikan di wilayah Nusantara dan ‘Asia Tenggara’ pada abad ke 16 dan mungkin jauh sebelumnya. Namun satu hal yang pasti produk ini merupakan incaran dari masyarakat Eropa pada saat itu untuk kebutuhan mereka, terutama menghadapi musim dingin. Mengapa? Karena pada musim dingin tumbuhan tak ada yang tumbuh, hewan ternak banyak yang disembelih untuk kebutuhan pangan di musim dingin. Untuk mengawetkan daging-daging ternak tersebut diperlukannlah rempah-rempah yang berasal dari luar Eropa, bahkan beberapa rempah-rempah mampu mengobati penyakit tertentu pada saat itu di Eropa.

Untuk mendapatkan rempah-rempah, masyarakat Eropa tidak langsung mendapatkannya dari wilayah Nusantara atau negara-negara di sekitar Nusantara. Mereka mendapatkan rempah-rempah dengan membeli ke ibukota Byzantium, Konstantinope (sekarang kita mengenalnya dnegan sebutan Instanbul). Ketika Byzantium jatuh ke tangan Islam, perdangangan dengan ERopa mulai ditutup. Hal tersebut tentu saja menjadi pukulan yang cukup berat bagi masyarakat ERopa. Pada saat itu pula mereka makin tidak suka dengan Islam sehingga terjadilah kemudian Perang Salib yang berjilid-jilid.

Orang-orang ERopa pada akhirnya melakukan pencarian rempah-rempah tanpa harus bergantung pada pasar Byzantium. Tidak saja dilatarbelakangi oleh kejatuhan Byzantium, juga didorong oleh semangat Gospel (penyebaran agama Nasrani), kemudian disusul pula dengan adanya persaingan antara Spanyol dan Portugis dalam penguasaan dunia di bawah kendali mereka serta ditambah untuk membuktikan bahwa bumi itu bulat. Di Eropa pun pada saat itu memang sedang gencar-gencarnya berkembang paham Merkantilisme, di mana sebuah kekayaan diukur berdasarkan banyaknya emas. Emas didapatkan jika perdagangan mereka juga lancar. Oleh karena itu, perjalanan mencari rempah rempah ke tempat asalnya untuk diperdagangnkan di pasar Eropa merupakan hal dilakukan oleh para pedagang Eropa demi meraih keuntungan.

Then, the journey has began,,,,,named Ocean Exploration (Penjelajahan Samudra)

Selasa, 05 Desember 2017

DE IMHEEMSCHE MEUBELNIJVERHEID IN PONDOK PINANG : the beginning

Map of Pondok Pinang in 1970
sumber : ANRI (don't copy please. kalo perlu datang ke anri yaa buat yang aslinya :) )

Pondok pinang adalah salah satu kelurahan yang ada di Jakarta Selatan. Wilayah tersebut berbatasan dengan sungai Sodetan, dan kelurahan Kebayoran Lama Selatan di sebelah utara. Sebelah timur berbatasan dengan kali Grogol, kelurahan Gandaria Selatan dan kelurahan Cilandak Barat/kecamatan Cilandak. Sebelah selatan berbatasan dengan jalan Pasar Jumat/kelurahan Lebak Bulus. Sebelah barat berbatasan dengan kali Pesanggrahan/ kecamatan Pesanggrahan. Pondok pinangpun merupakan tempat dengan permukiman elite terbesar di wilayah Jakarta selatan yang dibangun pada tahun 1970-an, Pondok Indah.

Di wilayah sekitaran Jakarta cukup banyak nama wilayah yang serupa, selain pondok pinang sebut saja terdapat wilayah Pondok Cabe, Pondok Labu, Pondok Cina, Pondok Aren, Pondok Gede, Pondok Rangon, Pondok Bambu. Persamaan dari kesemuanya adalah kata pondok. Jika begitu apa pengertian dari pondok itu sendiri?

Merujuk pada hasil penelitian seorang sejarawan Australia, Lea Jellinek, dengan jurnalnya yang berjudul The Pondok of Jakarta atau bukunya yang berjudul Seperti Roda berputar : perubahan sosial sebuah kampung di Jakarta, pondok adalah sebuah tempat tinggal bagi pedagang-pedagang yang berasal dari wilayah luar Jakarta (migran traders), biasanya mereka masih dari desa/wilayah yang sama. Tempat tersebut hanya seluas 6 meter persegi dengan penghuni bisa mencapai 10 sampai 40 orang sehingga dengan jelas menggambarkan suasana sesak dari tempat tinggal tersebut. Tidak hanya itu, pondok juga merupakan tempat tinggal sementara bagi para pedagang tersebut, karena pondok-pondok itu adalah tempat yang disewakan oleh para tauke[1] untuk para pedagang yang kadang pulang kampung.

Sebelum Lea Jellinek menyebutkan makna pondok tersebut pada tahun 1970-an, 30 tahun sebelumnya, sekitar tahun 1940-an terdapat seorang yang memberikan makna dari pondok itu sendiri, terutama menyangkut Pondok Pinang, yaitu Soemanang. Menurut Soemanang, mendasarkan pada ‘wawancara’ dengan para orang tua di sana, asal usul dari penamaan pondok (Pondok Pinang) adalah dikarenakan para pengumpul pinang yang membawa hasilnya untuk diperdagangkan ke Batavia Pusat (Batavia Centrum) kadang terhambat di tengah perjalanan karena jalan yang digunakan untuk ke Batavia rusak oleh hujan sehingga para pengumpul tersebut akhirnya membentuk sebuah tempat peristirahatan dan penginapan untuk sementara waktu, yang kemudian disebut pondok. Tidak hanya itu, asal usul[2] Pondok Pinang juga awalnya berarti sebuah tempat di mana para pengumpul pinang biasa mengawasi pinangnya.

Sebelum pertengahan tahun 70-an, wilayah Pondok Pinang dapat dikatakan masih bersifat bersifat rural settlement,[3] yaitu wilayahnya masih bersifat desa, dibandingkan Kebayoran Baru yang sudah dikembangkan pemerintah sejak tahun 1948 menjadi wilayah permukiman dengan sarana dan prasarana. Wilayah kelurahan Pondok Pinang merupakan hamparan dataran rendah yang memiliki ketinggian kurang lebih 12 meter di atas permukaan laut, yang terbagi menjadi 2 bagian karena terpisah oleh jalan raya Ciputat, yaitu kampung Pondok Pinang bagian barat dan kampung Pondok Pinang bagian timur.

Keadaan wilayah Pondok Pinang tidak jauh berbeda dengan keadaan Pasar Minggu, yaitu suatu wilayah yang asri dan terdapat kebun buah-buahan,[4] sebagian besar ditanami dengan tanaman nanas dan jeruk, serta  perkebunan karet. Kemudian terdapat juga sawah-sawah yang diusahakan oleh masyarakat, yang tidak saja ditanami dengan padi tapi juga palawija. [5] Rawa-rawa juga dapat di temukan di wilayah Pondok Pinang, malah menurut masyarakat Pondok Pinang mereka juga membuat empang-empang ikan.

Status tanah di Pondok Pinang awalnya terdiri dari beberapa kepemilikan, terutama pada masa kolonial Belanda terdapat tuan-tuan tanah yang menguasai lahan yang besar.[6] Setelah kemerdekaan, status tanahnya mulai mengalami perubahan kepemilikan. Tanah yang awalnya adalah milik tuan tanah dengan hak eigendom verponding menjadi tanah milik negara.[7] Sebelum dikeluarkannya UU No. 1 Tahun 1958,[8] tercatat ada 9 pemegang hak eigendom di Pondok Pinang.



[1] Jellinek menjelaskan bahwa tauke adalah orang yang berperan layaknya “boss” bagi para pedagang, dan juga menjadi pemilik dari tempat tinggal dan alat-alat perdagangan para penghuni pondok. dalam Lea Jellinek, The Pondok Of Jakarta, hlm. 1
[2] Asal-usul mengenai nama Pondok Pinangpun memiliki versi yang berbeda di masyarakat Pondok Pinang. Versi lain masyarakat menyatakan bahwa dahulu nama wilayah Pondok Pinang hanyalah sebatas kata pondok. Namun ketika muncul perampok dari luar wilayah pondok dan membuat masyarakat resah, datanglah perantau dari Demak, Jawa Tengah, yang bernama Raden Pandoman Mas Parnyoto yang kemudian mampu menundukan perampok tersebut dan menang. Penambahan kata pinang yang dimaksud pun merupakan asal kata “menang” atau kemenangan Raden Pandoman terhadap perampok tersebut, dalam Mohamad Soerjani, 1981, Ekologi Budaya Kota Jakarta (Kasus Adaptasi Sumberdaya di Pondok Pinang), Jakarta : Pusat Penelitian Sumberdaya Manusia dan Lingkungan Universitas Indonesia, hlm. 13.
[3] Koentjaraningrat, 1973, Village Life South Of Jakarta : Brief report of a Comparative Study on Village Life Around Capital Cities of Southeast Asia, paper discussion untuk The Center for Southeast Asia Studies, hlm. 2.
[4] R. M. Soemanang, Op.Cit., hlm. 5.
Kebayoran dan Pasar Minggu adalah daerah pinggiran kota Jakarta yang diliputi oleh sawah, ladang, dan kebun. Wilayahnya terkenal juga sebagai hutan buah-buahan, dalam Lasmijah Hardi, dkk, “ Jakarta-ku, Jakarta-mu, Jakarta kita, (Jakarta : Pemerintah Daerah Jakarta, 1987), hlm. 100.
[5] R. M. Soemanang, Op. Cit., hlm. 12.
[6] Pada tahun 1940 di wilayah Pondok Pinang tercatat bahwa tanah seluas 43,207 ha adalah eigendomground, dalam R. M Soemanang, De Imheemsche Meubelnijverheid in Pondok Pinang, (Batavia : G. Kolff & Batavia.C, 1940), hlm.11.
[7] Hak eigendom merupakan salah satu hak-hak atas tanah pada masa kolonial yang diatur dalam Burgelijk Wetboek. Hak eigendom adalah hak untuk dengan bebas mempergunakan suatu benda (dalam hal ini tanah)sepenuhnya dan untuk menguasai seluas-luasnya, selama tidak bertentangan dengan undang-undangn atau peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh sebuah instansi yang berhak menetapkannya, serta tidak mengganggu hak-hak orang lain, dalam Hendro S.H., M.H, Kekuatan Pembuktian Tanah Eigendom Veronding Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, (Tesis pada Fakultas Hukum UI), hlm.13.
[8] Berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1958 tentang penghapusan tanah-tanah patikelir, tanah eigendom dengan luas lebih dari 10 bau yang menjadi milik seseorang atau suatu badan hukum atau milik bersama dari beberapa orang atau beberapa badan hukum diperlakukan sebagai tanah partikelir, dalam Adrian Sutedi, Implementasi Prinsip Kepentingan Umum dalam Pengadaan Tanah untuk Pembangunan, (Jakarta : Sinar Grafika, 2007), hlm. 299.

Rabu, 08 November 2017

PENDEKATAN PSIKOLOGI MUSIK DALAM PENANAMAN NASIONALISME

ini adalah esai yang ku kirimkan pada perlombaan antologi esai di UKM yang aku ikuti,,, mendapatkan prestasi sebagai harapan 1,, (sedihh nilainya beda 1 apa 2 gitu ya sama yang juara 3)
yukkk simak penuturan ku mengenai music dan nasionalisme Indonesia
just fyi,, ini adalah pengembangan abstrak dari calon paper yang akan ku ikuti di Universitas Airlangga pada 2016, tapi karena kelompokku sibuk-sibuk akhirnya aku kembangkan saja jadi esai,, hehe

cekidooottt


sumber: internet :(

Musik dan nasionalisme merupakan dua hal yang terkait satu dengan yang lain. Dalam sejarah perjuangan Bangsa Indonesia, keduanya tidak dapat dipisahkan begitu saja. Hal tersebut ditunjukkan dengan lagu-lagu perjuangan yang mampu menanamkan semangat bagi pejuang kemerdekaan ataupun bagi para pejuang revolusi. Maka, tidak salah jika lagu-lagu nasional menjadi salah satu bukti pentingnya musik untuk membangkitkan semangat cinta tanah air di Indonesia.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, musik merupakan ilmu atau seni menyusun nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan, keharmonisan, dan kesinambungan. Musik dikenal oleh masyarakat Indonesia sudah sejak zaman dahulu, seperti penggunaan dalam pemujaan, pemanggilan roh nenek moyang, pertunjukan kesenian, hingga memasuki masa kerajaan-kerajaan dan kolonialisme, musik menjadi salah satu hal yang mengalami perkembangan. Adapun nasionalisme, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan suatu bentuk kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa tersebut. Nasionalisme di Indonesia sendiri mulai tumbuh dengan berdirinya Budi Utomo pada tahun 1908 di Jakarta sebagai sumbu awal munculnya pergerakan-pergerakan nasionalisme lainnya, sedangkan perpaduan antara nasionalisme dan musik untuk pertama kalinya muncul pada Kongres Pemuda Kedua, 28 Oktober 1928, di mana pada saat itu untuk pertama kalinya lagu Indonesia Raya karya Wage Rudolf Supratman diperdengarkan.
Tidak hanya sebatas pada kebangkitan perjuangan kemerdekaan dan perjuangan revolusi, musik juga mampu menjadi media pendidikan. Sebuah pembelajaran yang asik dan menyenangkan dapat dilakukan dengan memadukan konsep antara psikologi, musik dan pendidikan. Psikologi sebagai salah satu ilmu memiliki penjelasan tersendiri mengenai nasionalisme. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Psikologi adalah ilmu yang berkaitan dengan proses mental, baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada prilaku, dan kegiatan kejiwaan. Kondisi kejiwaan manusia digambarkan sebagai inner yang berkembang pada tahap paling awal sampai dewasa dengan berbagai manifestasi dan tingkah laku, Sigmund Freud mengungkapkan bahwa realitas psikis adalah bentuk partikular dari eksistensi dan tidak dikacaukan dengan realitas rasional.
Melalui pendekatan psikologi sosial, nasionalisme dijelaskan sebagai suatu bentuk sikap individu terhadap bangsanya dan bangsa lain, dengan melibatkan suatu bentuk perasaan terikat serta loyalitas dari individu terhadap kelompoknya (Druckman, 1994). Pendekatan psikologi sosial yang digunakan untuk menjelaskan definisi nasionalisme ini nantinya akan disambung dengan pendekatan psikologi musik sebagai sarana untuk meningkatkan perasaan serta jiwa nasionalisme. Pernyataan mengenai psikologi tersebut sejalan dengan gagasan menanamkan nilai-nilai nasionalisme melalui musik. Secara kejiwaan, musik dapat menjadi terapi dan memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi secara verbal maupun non verbal. Musik sebagai terapi sangat tergantung pada keadaan fisik, emosi, dan mental seseorang sehingga hal ini mampu digunakan sebagai perubahan mood ataupun perilaku seseorang. Oleh karena itu suatu paham, nasionalisme, akan dapat mengena jika disusupkan pada psikis manusia itu sendiri.
Beberapa tahun terakhir ini wacana tentang nasionalisme seringkali menjadi perdebatan secara berulang. Beberapa tanggapan bahkan menyatakan bahwa nasionalisme sudah tidak relevan lagi karena sekarang kita menghadapi arus dominan dunia yaitu “era globalisasi”. Bahkan lebih jauh lagi mempertanyakan keabsahan dari konsep “negara bangsa” (nation-state). Disadari atau tidak, dengan kemasan “ilmiah” ataupun bukan, langsung ataupun tidak langsung, sengaja atau tidak sengaja, mereka ini bagai kepanjangan tangan untuk membuat bangsa Indoensia tergiring dalam pemikiran akan makna nasionalisme di zaman sekarang yang dianggap tak relevan. Tidak hanya itu, semakin terglobalnya dunia, di Indonesia mulai bermunculan gagasan akan “nasionalisme baru” yang tidak terlalu jelas isinya, namun hanya sekadar menganggap bahwa nasionalisme yang dirumuskan oleh pendiri bangsa adalah nasionalisme sempit. Oleh karena itu, penanaman nilai nasionalisme bagi generasi muda saat ini menjadi suatu agenda yang penting.
Terlepas dari arus globalisasi ataupun munculnya istilah “nasionalisme baru”, pentingnya penanaman nasionalisme ini diperlukan karena setelah memasuki masa reformasi, nilai-nilai nasionalisme yang dicirikan salah satunya dengan pengamalan Pancasilapun mulai ikut luntur seluntur kebijakan-kebijakan rezim Orde Baru ang lain. Pancasila yang merupakan ideologi dari tegaknya bangsa dan negara Indonesia lewat lima pilarnya, dan merupakan simbol dari hasil perjuangan bangsa Indonesia untuk merdeka, telah dianggap dan mengakar di kalangan masyarkat Indonesia sebagai ‘alat’ untuk memperpanjang kekuasaan dari orde yang sebelumnya berkuasa sehingga banyak kalangan masyarakat melupakan nilai-nilai luhur awal yang dicita-citakan oleh pendiri Bangsa Indonesia.
Adanya pendekatan psikologi, khususnya psikologi musik, penanaman nilai nasionalisme perlu dicoba untuk diterapkan. Penanaman nilai-nilai nasionalisme harus dilakukan secara secara berkesinambungan melalui media musik, agar ide dasar dalam menanamkan jiwa kebangsaan tertanam dan menjadi karakter dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Contohnya saja dapat dilihat dari lirik-lirik dalam lagu yang bersifat kebangsaan mampu menjadi sebuah refleksi dari kehidupan berbangsa dan bernegara itu sendiri. Oleh karena itu, gagasan ini dapat diimplementasikan melalui kerjasama antara pelaku industri kreatif, psikolog, musisi, bahkan lembaga negara, untuk melakukan terapi kejiwaan melalui sebuah proses kreatif dan kumulatif.
Di tingkat lembaga negara sendiri telah ada pembentukan Gita Bahana Nusantara dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Gita Bahana Nusantara atau yang disingkat GBN merupakan paduan suara dan orkestra nasional yang para pemainnya merupakan gabungan para pemuda dan pemudi dari seluruh Indonesia yang dipilih secara ketat oleh negara melalui pemerintah daerah. GBN yang mulai digagas pembentukannya pada tahun 2001 oleh Presiden Megawati Soekarnoputri ini menjadi kenyataan dengan dukungan berbagai pihak sehingga pada tahun 2003, GBN memulai debutnya untuk pertama kali di Istana Merdeka dalam peringatan Detik-Detik Kemerdekaan Republik Indonesia hingga saat ini. Lahirnya gagasan GBN pun dilatarbelakangi oleh tujuan untuk (a) menguatkan jati diri dan karakter bangsa, (b) untuk menumbuhkan rasa kebangsaan, menghormati perbedaan dan memupuk rasa kebersamaan di kalangan generasi muda, dan (c) membentuk paduan suara dan orkestra nasional yang tangguh. Secara gamblang, GBN merupakan wadah untuk menyalurkan bakat dan kreativitas generasi muda di bidang seni musik yang pada akhirnya mampu untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme, menghargai keberagaman, dan menguatnya jati diri dan karakter bangsa.
Tidak hanya sebatas paduan suara dan orkestra binaan lembaga negara, musik dari band-band tanah air yang kini banyak digandrungi oleh kalangan muda mudi Indonesia sehingga mampu menjadi alat untuk perpanjangan tangan dalam menanamkan nilai-nilai nasionalisme. Banyaknya band-band musik atau solosis menciptakan dan menyanyikan lagu-lagu dengan tema kebangsaan, seperti Bendera, Indonesia Jaya, dan sebagainya, mampu menjadi daya tarik untuk diikuti oleh para fansnya. Maka dari itu, penerapan inovasi penanaman nasionalisme lewat pendekatan psikologi musik ini diharapkan dapat memberikan perubahan positif untuk meningkatkan nasionalisme pada generasi muda Indonesia.

Daftar Pustaka
Djohan. 2005. Psikologi Musik. Yogyakarta : Buku Batik.     
Kamus Besar Bahasa Indonesia
------. 1990. Seminar Sejarah Nasional V : Subtema Pengajaran Sejarah. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional.
------. 2016. Merayakan Indonesia Raya. Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI : Jakarta


Senin, 24 Juli 2017

DE INHEEMSCHE MEUBELNIJVERHEID IN PONDOK PINANG : prologue


hasil meubel ukiran Pondok Pinang
sumber : Media Jaya

Judulnya kalo diterjemahin kurang lebih kek gini : industri mebel penduduk pribumi di Pondok Pinang.
just fyi aja, ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan Soemanang tahun 1940.... menn ini kita 5 tahun menuju kemerdekaan...
okayy,, cekidottt dehhh bicara soal Pondok Pinangnya dilanjut yukk

Berbicara mengenai wilayah Pondok Pinang, Jakarta Selatan, kira-kira apa sih yang terbersit dipikiran kita saat ini?
Perumahan Pondok Indah kah? Atau justru lebih tahu Pondok Indah ketimbang Pondok Pinang? gak tau Pondok indah juga? Perumahan elite di zamannyaa,,,, gilss kamuu ga punya tv atau ga pernah jalan2 kalo beneran gak tau,,, :p

Atauuuu kalo ngomongin Pondok Pinang taunya mengenai tenarnya wilayah tersebut sebagai wilayah industri meubel? Tapi ko kalo sekarang dateng ke sana biasa aja ya yang jualan mebelnya,, gak terlihat khas bahwa wilayah itu emang salah satu pusat industri mebel,,,,,,gak sebanyak kek di Klender gitu? Cuma ada beberapa yang jualan mebel,,,,,Why,,,why,,,,whyyyyy,,,, 

Okayyy,,, jadi begini ceritanya,,,,,,ceritanya panjang! Udah.
Engga dongg,,, jadi ceritanya gini gengsss kenapa Pondok Pinang udah gak terlihat sebagai wilayah yang ramai dalam penjualan mebel. Kita bisa runut masalah ini ke masa di mana Indonesia lagi demam- demamnya tuh yang namanya BOM! Aslii beb ini bomnya. Taukan kejadian Bom Bali, Bom Mariot, bom-bom lainnya yang terjadi di beberapa wilayah di indonesia, wabilkhusus wilayah yang banyak bule-bule, kek Bali dan jakarta.. nahhh apa tuh hubunganya sama Pondok Pinang? ada bangett hubungannyaaa,,,justruu pengaruhnya gede bangett,,, jahat tingkat neraka deh itu yang bikin teror bom,,, gak mikirin di suatu wilayah di selatan jakarta ada yang terkena imbas atas perbuatan mereka yang jadi “pengantin” tapi gak nikah.


Jadi tuhhh berdasarkan wawancara yang Isti lakuin ke beberapa warga yang dahulunya berprofesi sebagai penjual atau pembuat mebel, mereka memiliki konsumen khusus. Konsumennya itu orang-orang asing, bule yang lagi nginep-nginep cantik bertaun-taun di Indonesia misalnya, duta-duta negara asing, pengusaha-pengusaha asing, yaa pokoknya lebule lahh... kenapa sihh masyarakat Pondok Pinang ini jualannya ke bule/orang asing,, ya udah jelas nilai jualnya lebih besar ketimbang jual ke pribumi. Misalnya nih,, berdasarkan wawancara dengan Bapak idris dan istrinya, mereka jualan kere bambu kan (tirai bambu) dengan saudara-saudaranya yang lain,,mereka tuh suka nawarin ke orang aasing gitu buat dibeli... apabila dahulu mereka biasanya jual ke asing di Kemang, semenjak ada perumahan elite di dekat kampungnya, sebut saja Pondok Indah, mereka mulai tuh tawarin ke warga asing yang mulai  banyak tinggal di Pondok indah... ... Beda lagi ceritanya ama Pak Haji Abu Bakar (beliau mantan tiga kali jadi kepala desa di wilayah Pondok Pinang, yang kemudian menunaikan haji supaya jabatannya diserahkan pada wakilnya, hehe lucu deh bapak ini), beliau langsung datang tuh ke kedutaan nawarin produknya,, alhasil beliau yang pandai desain ini mampu menjual banyak produk ukiran ke orang-orang kedutaan.


Nahh masalah muncul ketika ketidakpercayaan mulai menghampiri. Taukan gimana rasanya kalo dalam sutu hubungan sudah gak ada trust kita bakal males banget jalin ikatan,, putus aja maunya,, gitu kan,ehhehe,,,... nahh itu tuh yang terjadi sama kegiatan industri mebel di Pondok Pinang. berdasarkan wawancara sama warga lainnya juga, usaha mereka mulai meredup tatkala bom-bom yang meletus itu membuat orang-orang asing mulai banyak yang meninggalkan Jakarta misalnya. Ataupun mereka yang bertahan di jakarta tidak begitu saja dengan mudah mempersilahkan orang indonesia masuk ke rumahnya,, terdapat lapisan pengamanan, minimalada tiga, satu gukguk syalala, satpam tralala, sama cctv lilili,,,, mereka udah gak percaya lagi katanya masukin orang ‘indonesia’ mereka takut akan dibom, dll gitu... sejak masa itu orang-orang yang berjualan dan bekerja di mebel mulai berkurang dan memilih pekerjaan lain, misalnya menjadi buruh, pegawai, atau bahkan sekarang yang lagi trenn,, jadi tukang G*jek,Gr*b, Ub*r, dll.

Lalu menaggapi soal menjadi pusaat mebel, di Pondok Pinang ko bisa sampai begitu masyarakatnya menjadi pengrajin? Gimana sih asal usul mereka jadi pengrajin kayu ataupun bekerja di industri mebel?
Nahh ini nihh bahasannya akan kita uraikan berdasarkan penelitian Soemanang dan skripsinya Isti


BERLAYAR KE DEKAT PERBATASAN


Minggu sore, 14 Agustus 2016
RESAH, LELAH, GERAH, DAN TAK TERARAH
Aku masih berkutat dengan macetnya jalanan ibu kota, Jakarta, dan dalam sesak padatnya mobil tronton Angkatan Laut. Perjalanan yang begitu panjang dengan wajah langit yang kian kelam,,, ditambah acara yang juga belum kelar-kelar,,, bajuku lusuh, putih tak lagi bersih, wajahku semakin eksotis hasil terpaan sang surya selama dua hari berturut-turut (dan akan berlanjut selama 9 hari di Sungaitohor). 
Ketika waktu menunjukan pukul setengah enam sore barulah rombongan tronton Angkatan Laut tiba di kampus perjuangan orde baru,, aku dan kawan-kawan seperjuangan langsung menuju tempat penutupan di Annex,,,, penutupan yang tidak tertutuptutuptutup,, sampai hati ini mulai kembali resah, gundah dan gelisah,,,”GOD,, hayati belum packing barang untuk perjalanan selanjutnya,,,” -syedimodeon
Setelah beberapa kali gladi resik, upacara penutupanpun akhirnya berlangsung dengan tenggat waktu yang tidak begitu lama dan akhirnya penutupan pun selesai,, tapiii sepertinya selalu aja ada pengumuman lain yang seolah menghambat langkah kaki ini untuk segera pulang,,, panitia kegiatanpun berkumandang.. “ absensi diulang, karena kemarin ada yang dicoret coret,,,,,”,,, oke ngantri untuk ttd,, ttd selesai ada lagi pengumuman,,, “ untuk keperluan sertifikat,, tulis nama dan npm,,” God ini ngantri lagi,,, hmmm,,, selesai melakukan itu semua,,, akhirnya minta ijin untuk pulang duluan,, itu sudah setengah tujuh lebih,,, dan setelah pertimbangan sana sini,, akhirnya lepaaslah diri ini dari acara Latihan Kebangsaan, Kebaharian dan Kepemimpinan yang diadakan oleh PLK berkolaborasi dengan AL.
Dengan langkah gontai, cepat dan rusuh,, aku berlari menuju jalan raya,, menyetop angkot dan pulangg,,, sekitar pukul setengah delapan malam,,, tibalah di rumah,, dan bukannya melakukan packing,, diri ini harus mencuci dulu semua baju yang basah dan kotor karena pasir-pasir,, dan tentu saja belum mandi,,,,, huhuhu rasanya pengen nangis dan batalin pergi ke riau,, sudah ngantuk mau tidur,, Allah capekk bangettt itu acara yang cuma dua hari tapi full day itu,,
Tapi bukan dunia namanya kalo gak capekk,, oke,,, dikebut juga itu nyuci baju,,, padahal pake mesin cuci,, tapi baju yang melekat di badan gak bisa pake mesin cuci,baju putih, celana training kuning yang sudah kumal tak berperi harus pakai tangan suci ini nyucinyaa, Allah,,
Setelah sekitar satu jam setengah selesai nyuci jemur, mandi,,, akhirnya baru packing baju dan barang-barang,, dengan tenggat waktu pukul setengah sepuluh malam harus selesai karena harus balik lagi ke depok,,,
Setelah packing selesai, ambil barang dan keperluan di sodara,, maka pukul setengah 10 lebih 10 baru caw lagi ke depok,, dengan bawaan barang yang lebih berat dari sebelumnya,,, udah kaya mau mudik aja,,
Jam 10an sampai depok dan berkumpul dengan teman-teman untuk berangkat ke bandara bersama..
Tapi yaaa,, betenyaaa udah mah cape dan buru-buru dateng supaya ga terlambat,, ehhh ternyata beberapa teman yang di depok atau dari beberapa daerah belum juga datang, kayaa gimana gituu rasanyaaa,, kesel banget,,,
Akhirnya berangkat ke bandara jam setengah 12 malam,, dan kita gadang sampai subuh,,jam 6 pagi kita berangkat akhirnya ke riau pakai pesawat lion air,,
15 Agustus 2016, pukul 8 pagi, pesawat yang mengangkasakan kami para researcher akhirnya tiba juga di pulau sumatera, tepatnya di pekanbaru riau,,,,, dan perjalanan dilanjutkan menggunakan mobil ke pelabuhan di buton,, wooowww perjalanan ini niih yang jauhh,,, udah ngebuttt,, jalan lenglang tanpa hambatan,, tapi lamaaa bangett,, mana sepanjang jalann deretan perkebunan sawitt,, kejadian yang paling kocak adalah saat mela kebelet pipis dan supirnya malah nyaranin buat pipis di kebun sawit aja soalnya supirnya ngejar waktu untuk segera sampai di pelabuhan dan ga ada waktu nyari tempat yang ada toiletnyaa,, wakaka mela mulai terlihat tidak nyaman, tidak senang dan mungkin ingin pingsan (emhh boong deh,haha), tapi untungnya bapaknya memberhentikan mobil tidak di perkebunan sawit tapi di rumah makan pinggir jalan,, setelah mela selesai,,perjalanan kembali dilanjutkan,, dan tidak terasa sekitar 3jam menempuh perjalanan darat,, perjalanan menuju tempat penelitian dilanjutkan dengan jalur air, menggunakan kapal,, wohooo ini benar-benar perjalanan yang komplitt,, udara darat air,, berasa jadi avatar kann,,(elemen api adalah hal haram dan terlarang di wilayah ini, karena berakibat kebakaran,, apasih,, ga jelas,, skip it) hahaha
Perjalanan kapal ini juga lumayan lama,, sekitar 2jam lebih,,, dan akhirnya sampailah kami di pelabuhan desa sungai tohor,, pelabuhannya sederhana banget, Cuma tempat yang terbuat dari kayu-kayu,, terus cuma sekedar tempat naik turun penumpang udah, ga ada yang spesial,, dan sepi lagi pelabuhannya kalo kapal udah lewaat, hmmm,,
Di sini kami disambut masyarakat,, masyarakatnya baik banget nganterin kami pakai motor padahal teman kami yang sudah duluan di sana tidak memintanya,, alhamdulillah mereka memberikan kesan pertama yang sangat hangat,,
Saat naik motor dari pelabuhan ke rumah tempat kami akan menginap muncullah hewan purba nan berbahaya di tengah jalan menghadang motoor yang saya tumpangi dan dengan gagah berani bapak motornya mengusir makhluk tersebut yang sekilas pandang mata saya tampak seperti komodo,,, haloo KOMODO di sungaitohor? Ada emangnya? hMmm baru sadar kalo itu adalah biawak yang ukurannya cukup besar, hahaha,,,
Dann tadaaa pukul setengah tiga sore sampailah kami ke rumah yang akan menaungi kami selama penelitian dan rumah dari keluarga angkat kami,, wohoo itu ternyata rumah pak cik manan, salah seorang pejuang lingkungan di desanya,, mantapplah prestasi mengenai lingkungannya pak cik ini, bahkan udah ke prancis mennnn,, hebat banget kann
Okee kami akhirnya beristirahat melepas lelah sambil makan, makan ini adalah makanan dengan menu ayam terakhir yang saya dan kawan-kawan rc santap sejak masuk ke desa sungaitohor,, huhu ga akan ada lagi ayam-ayam selanjutnya di sini,, T.T
Tapi sepertinyaa istirahat tidak begitu berjalan lama,, ga tau ngapain waktu itu,, pokoknya jam 5 sore kami pergi ke rumah singgah, rumah khusus yang dibangun untuk yang datang ke desa itu dan tidak memiliki tempat tinggal, dengan posisi berdekatan dengan sanggar seni linau kuning.
Malam ini katanyanya sih jam 7 malem bada isa mau ada sambutan dari kepala desa dan kepala kecamatan, tapi acaranya cukup ngaret jam 8 lewat baru mulai, acara penyambutan dilakukan cukup sederhana di sini. Beberapa ketua rw, rt , dan tokoh masyarakat diundang. Kami para researcher satu persatu memperkenalkan diri, dan setiap perkenalan diselingi candaan dari pak camat. Setelah semua memperkenalkan diri, dan pak ades beserta pak camat memperkenalkan beberapa tokoh, pak kades juga memberitahukan bahwa rapat-rapat di desa sungaitohr selalu dilakukan malam hari karena tidak ingin menggagu waktu kerja para warga, serta dijelakan pula bahwa listrik di sini tidak full day ada, hanya pukul 6 sore sampai 12 malam, serta nanti subuh sampai jam 6 pagi baru ada lagi,, hmm sebuah tempat yang baru pertama alinya saya datangi dnegan keterbatasan listrik,,,, dan acara penyambutanpun resmi di tutup. Kami para perempuan yang tidur di rumah pak cik manan yang sekitra 2 kilo dari sana harus berjalan kaki untuk pulang dan diantar oleh para lelaki ksm,,hmm malem-malem jalan kaki di tengah deretan lahan yang tidak penuh rumah,, dan anjing-anjing berkeliaran,, cukup membuat seram juga, hihihi
Keesokan harinya, yakni tangal 16 agustus 2016, petualang dalam penelitian mulai benar-benar berjalan. Kelompok tiga yang bernama kece Scriptumsentra dan beranggotakan Puji, Yuli, Isti dan Altof (altof ga ikut, L ) mulai menapaki kaki – kaki mungil kami untuk mengelilingi desa sungaitohor,, the first place is kantor desa,, yapp di hari pertama kami mencari data-data soal kebenaran rapat-rapat yang diadaan dan kunjungan-kunjungan yang terjadi yang disebut-sebut oleh beberapa sumber internet terpercaya kan kedatangan Badan Restorasi Gambut dan beberapa kawan sejenisnya,,,, di tengah terik matarahari dan hawa panas wilayah Sumatera, aku dan puji mulai mengaluarkan alat pamungkas kami untuk menghalau silau kuning sang surya,, yapp keluarlah payung-payung unyu warna oranye (punya isti) dan payung warna hijau (punya puji), dan yuli,,, dengan bangga menantang kuning matahari dengan kuning jas almamater kampus, Jakun,, hahaha...
Perjalanan baru setengah,,, baru sampai ke rumah singgah,, capekk juga,, lelah tak terperi,,, tapi yang dekat sanggar bukan kantor desa, tapi rumah kepala desa,, hmm,, kantor desa,, kita tanya-tanya warga,, ituu de dari sini masih lurus aja,,, itu ada di dusun satu,,, oke kita jalan,, jalan aja,, ga tau ppokonya lewat lapangan besar,, yang di kemudian hari kita tau ada cerita sedihnya, hiks,,:”( ,, lagi asik jalan menyusuri lahan-lahan berpohon sagu, dan tanaman lain yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu,, mohon maaf,,,,, tiba-tiba di salah satu pohon pinggir jalan,,, terjadi gerakan-gerakan yang kami yakini adalah gerakan loncatan dari beberapa makhluk,, wow itu adalah monyet-monyet yang sedang bermain-main lucu dan kegiatan asik nan menggembirakan mereka terganggu oleh kehadiran kami ini, huhuhu sedih,, maaf ya nyett,, kita hanya numpang lewat,, haha,,, setelah melewati jalan kekuasaan para monyet tibalah kami di kantor desa,,yang sepi,  hening dan mungkin kalo bukan karena tembok bertuliskan kantor desa,, seperti rumah kosong ta berpenhuni,, masuklah kami ke dalam kantor yang terbuka pintunya dan mengucap salam,, assalamualaikum,, dan muncullah seorang perempuan petugas desa yang ssndirian melihat chanel tv swasta, sebut saja trans tv dengan siaran ummat (yang baru disadari dikemudian),, kami bertanya mengenai arsip-arsip desa tentang lahan gambut ataupun sejenisnya,karena mbak nya ga tau, maka kita menunggu mbak XYZ (lupa namnya,, maafin,, tapi mba nya cantik),, pulang dari rumah penduduk... kami pun pamit dulu mau wawancara perdana ketua dusun satu yang kebetulan rumahnya hanya berjarak kurang lebih 50 meter dari kantor desa,,, maka pamitlah kami pada mbak ini,,, baru sepuluh langkah keluar dari kantor desa, terlihatlah di depan kantor ini sebuah tempat yang sepertinya menarik untuk dikunjungi di tengah terik matahari yang semakin menyengat ini,,, apalagi ada sebuah termos es di depannya,, yapp sebut saja namanya warung warga dusun satu,, kami pun pergi ke sana melihat isi termos es yag ternyata berisi es-es dinginn,, dan beberapa minuman kemasan,,, kami memesan beberapa es dan beristirahat sejenak,,,selesai makan es,, tiba-tiba muncullah sepeda motor yang membawa mbak XYZ ke kantor desa,,kami pun beranjak dari warung tersebut setelah membayar kembali ke dkantor desa, tidak jadi wanacara dusun satu,,
Kami mengucap alam kembali dan msuk kantor desa,, dan mulai kembali menyampaikan maksud hati kami,, dan dengan terbuka kai dipersilahkan melihat ageda rapat yang tealh dilakukan oleh desa tersebut,, dan saat sedang asik melihat arsip desa, telinga saya menangkap samar-samar suara dari sebealah kanan atas, dan ketika menengok saya cukup kaget,, wow,,, ko tv nya nyala? ?baru ngeh ada tv dan nyala lagii,, “ohh itu kami pakai panel surya, itu ada di luar panel surnyanya” kata mba-mba yang tadi jaga sendirian.,,, ohhh saya baru ngehh,,,
Setelah melihat –melihat dan sejujurnya kurang puasa karena tidak semua kegiatan ditulis oleh orang yang sama dan tidak dibukukuna dalam satu tempat, maka kami hany dapat beberapa saja yang kami maksud,, setelah urusan ini selesai barulah kami cuss benar-benar mewawancara kepala dusun 1, ibu yuninda,,
Saat kami masuk dalam halaman rumahnya,, pintu rumahnya terbuka, dan kami mengucapkan salam,, pertama saya, “Assalamualauikum”,, tak ada jawawan, kemudian bergantian yuli dan puji, dan tetap tak ada jawaban ataupun orang yang keluar dari rumah,, tapi kami mendengar orang di dalam sedang aasik mengobrol,, akhirnya kuputuskan untuk melakukan salam settingan (bukan cuma agenda yang bisa disetting brooh),, ,, “puj, yul, hitungan ketiga kita sama-sama ucapkan salam ya”,, “iya ka”,,, sipp deh,, “yukkk satu dua tiga”,, “ASSALAMUALAIKUMMM”,,, krik krik krik,, yang di dalam tetap saja mengobrol,, salam setingan ini dilaknat mungkin ya,,.ampunikamu yawlohh :(,,,. tapi kami coba lagi salam setingan kami,,, dan tetap saja tak ada yang keluar, akhirnya kami duduk sebentar di gazebo rumah kepala dusun ini,, saat sedang menyusun yang setingan-setingan kembalii,, eh sendalnya yuli putus,, padahal baru katanya,, hmmm yul yul baru salam setingan udah kena azab ya,, ehh ups,, haha,,. Tak mau menyerah karena tidak ada jawaban, akhirnya kami kembali mengucap salam dengan agak lebih keras dan bersemangat,,, dan setelah beberapa saat pembicaraan di dalam rumah terhenti,, hening dan muncullah sosok itu, sosok ibu-ibu yang adalah kepala dusun disertai sang ratu,, ibunya ibu dusun..
Kami mengutarakann maksud kami dan ibunya welcome banget,, kami dipersilakan masuk dan mulailah wawancara perdana nan eksklusif dari kami,,,, masih agak kaku sih kami bertanya nya, dan karena baru memulai wawancara mungkin agak grogi juga sehingga pertanyaan masih terasa baku dan formal,,
Akhirnya wawancara selesai, kami pamit,, namun sebelum kami kembali menjelajahi dusun,, kami kembali ke warung warga dusun satu untuk membeli sendal baru untuk yuli,,, dan melakukan evaluasi wawancara tadi, hal apa yang harus dan tidak harus dilakukan di wancara berikutnya,, oke, sip selesai,, kami caw kembali mencari responden yang telah ditentukan,, dan tujuan kami saat itu adalah tokoh masyarakat, yaitu Wak Nong yang katanya tidak begitu jauh, dan berada di dusun dua,, wahh ternyata cukup jauh,,, tetapi akhirnya kami sampai juga di rumah wak nong, kami mengucap salam, namun tidak ada jawaban,, dan kamipun akhirnya kembali ke rumah kami,, melewati jalan yang berbeda dengan yang kami lewati siang tadi,, kami melewati dusun satu dan dusun dua dari sudut yang berbeda,, dan inilah perjalanan yang sulit,, selain panas, dan jauh,, godaan terberat adalah banyaknya pohon rambutan berderet sepanjag halaman rumah penduduk, yang berbuah lebat, merah dan sepertinya memanggil untuk dipetik dan dimakan,, hmm sedih bangett hanya bisa melihatnya saja,,
Di tengah perjalanan kami menuju rumah,, kami bertemu teman kami, rohman si tengil dan faris si tengil 2,, dua sejoli yang sedang berada di kedai sagu ka rinI yang nanti kami beri nama baru, yaitu kedai awkarin...kami berbincang mengenai penelitian hari pertama, dan setelah itu kami bersama pergi ke rumah tempat para perempuan menginap.. sesampainya di rumah, ternyata sudah banyak teman-teman kami yang juga telah pulang, kami bercerita sedikit tentang perjalanan kami,, dan kamipun masuk rumahh melepas penatt,,, dan kamipun kembali diundang untuk menghadiri acara pengukuhan paskibra kecamatan Tebing Tinggi Timur..
Seperti biasa kami berjalan kembali dari rumah pak cik manan ke sanggar, pakai jakun, selepas magrib.. dan di acara pengukuhan ini adalah malam yang cukup kocak,, di mana tiap peserta paskibra ditanya identitasnya oleh pak camat, disertai asal sekolah, ttl, asal desa, nama orang tua, cita-cita, kadang ditanya juga nma desa,, dan pokoknya hal-hal kocak lain yang ditanyakan atau dilontarkan oleh pak camat pada tiap peserta sehingga warga dan kami terus tertawa sepanjang malam,,
Setelah acara pengukuhan selesai yang terbilang cukup larut malam, akhirnya kami para peniliti ke rumah singga untuk evaluasi hari pertama penelitian,, yang sejujurnya saya kurang antusias karena ngantuk,, huhuh, setelah selesai evaluasi kami kembali ke rumah pak cik tengah malam.. dan hari pertamapun done,,,,
Hari-hari berikutnya cukup berjalan dengan baik dan seperti bisa kami kelompok three musketir berjalan kembali menyusuri jalan-jalan yang cukup rapi penataannya dengan membawa peralatan penting, yaitu payung, kamera, kuisioner dan alat tulis.. dan petualangan mencari pejabat-pejabat warga kembali dimulai..
Objek penelitian kami yang tergolong mudah untuk ditemukan ini ternyata mengalami bebeapara hambatan, seperti faktor tempat para pejabat yang berjauhan, ketiadaan alat transportasi, serta personel penlitian yang berjumlah dua sampai tiga orang yang melakukan penelitian. Tapi masalah terbesar saya dalam perjalanan mencari responden adalah begitu lebatnya buah rambutan yang ada di pohon dengan kondisi setiap rumah punya pohon rambutan.
Hal ter-enggak banget yang saya alami selama di sungaitohor adalah kejadian pengintipan di  kamar mandi wanita yang berada di luar rumah tempat kami menginap. Pada saat itu saya sedang mandi sekitar pukul 8 malam dan belum lama saya masuk (lagi sampoan) terus teman dari luar ketuk-ketuk pintu “ yang di dalem cepat keluar” saya kira itu adalah tanda kalo saya terlalu lama di kamar mandi tapi saya belum lima menit ada di dalam,, terus saya jawab “bentar baru masuk”,, terus ada ketukan lagi “ ada orang di luar”,, terus saya panikk,, saya ke sudut kamar mandii,, terus suasana heningg,,,”guyssss” saya bersuara,, tapi krik krik krik di luar sana,,, waduhh mana mata saya mulai pedih karena sampoo,,, “guysss” masih krik-krik,, lalu tak lama muncullah suara-suara di luar ada suara teman-teman, ibu dan pak cik manan,, lalu saya buru-buru menyelesaikan mandi saya dan segera keluar,,, ternyata teman saya saat sedang antri kamar mandi lihat sorot lampu senter berada di belakang kamar mandi,, aduhhh saya takut jadi korban pengintipan,, tapi saya merasa tidak terintip karena memposisikan diri dengan baik dan benar di kamar mandii,, (semoga saja T.T)
The last day in desa sungaitohor is the best moment ever! Kami diberi acara perpisahan yang begitu mengesankan, kami dipotongkan kambing yang didapat masyarakat karena mampu menutup PT LUM. Hidangan khas sagu diberikan pada masyarakat sungaitohor dan para researcher. Semua elemen masyarkat berkumpul,, nyanyi-nyanyi bareng sampe tengah malam,,, senang, haru, dan sedih bercampur aduk, gak kerasa kalo besok saya dan teman-teman akan meninggalkan tempat ini. Terlalu banyak cerita dan kenangan yang gak bisa dilukiskan yang sudah kami lalui di sini selama 10 hari,, dan terlalu banyak kebaikan yang diberikan masyarakat sungaitohor pada kami yang tak bisa kami balas satu persatu,,
Meranti Membara
Ini nihh cerita terenggak kedua,, jadi kami, three musketir yang sudah buat ppt penelitian untuk di presentasikan di kabupaten meranti tidak jadi presentasi, sedih bangett,,, karena pada saat itu meranti sedang dalam keadaan gawat,, terjadi pembunuhan! Huahuahua ngerii kann,,, usut p
unya usut ternyata itu pembunuhan dikarena cinta segitigaa,,, what the titttttt (sensorr)..
flash back,,,
the treee musketir sedang berjalan di tengah panasnya udara dan terik matahari desa sungaitohorr,,mereka berjalan menuju tiga tempat terencana. 1 kantor desa, 2 kantor camat, 3 kedai ka rini. Tapi hanya satu misi mereka, yaitu LISTRIK. Yappp saat itu kami sedang mengerjakan laporan penelitian dan PPT untuk dipresentasikan, tapi karena baterai laptop sudah mendekati ajal membuat kami kami harus hunting listrik di manapun tempatnya selama masih dalam radius kaki kami mampu melangkah. Maka pilihan kami jatuhlah pada kedai ka rini. Di kedai ini ka rini memiliki panel surya untuk memasok listrik bagi kebutuhan kedainya, dan dengan baik hati kak rini memperbolehkan kami menggunakannya, ohh so sweet bangett,, dan di situ juga ada kelompok lain yang ikut charge laptop n hp,, huhuhuhu...
tapi dalam masalah ngecharege dengan mengandalkan sinar matahai juga kurang greget karena beberapa kali awan-awan putih dan elok di angkasa sana dengan manisnya menghalangi sinar matahari untuk mencpai panel maka dapat dibayangkanlah mati nyala mati nyala,,,, uurrgghhhh Tuhannn ingatkan hamba betapa harus bersyukurnya hamba tinggal di Pulau Jawa

the last thing i wanna say is Terima kasih saudara kami yang berada di dekat perbatasan negara dan tetaplah menjadi pejuang lingkungan!







Selasa, 06 Juni 2017

Pondok Pinang apa Pondok Indah? -Part 1-

sumber : golfpondokindah.com

Ayoo..... lebih dulu pondok pinang apa pondok indah?
Bagaimana asal usul kedua tempat tersebut?
Orang lebih kenal pondok pinang atau pondok indah?

Yukk telusurii sejarah wilayah tersebut!

Rabu, 18 Januari 2017

DOKTIN MONROE : DARI POLITIK ISOLASI HINGGA PERANG DUNIA PERTAMA (1823-1917)



ilustrasi dari kebijakan doktrin Monroe
sumber : internet (kalo ga valid so sorry,,hehe)

 
Latar Belakang
Perang dunia kedua yang dimulai pada tahun 1939 hingga berakhir pada tahun 1945 memunculkan peran besar Amerika dalam kancah internasional. Amerika menjadi pemenang perang dunia kedua dan menjadi satu-satunya kekuatan besar di dunia pasca berakhirnya perang dingin tahun 1991 sehingga tidak heran apabila hegemoni negara tersebut terhadap negara-negara lain begitu mencengkram bahkan Amerika sibuk terlibat dalam berbagai urusan negara lain. Namun, sebelum menjadi negara adidaya dan terlibat dalam mencampuri urusan negara lain seperti saat ini, Amerika pernah menjalani politik isolasi dari negara-negara luar yang menyatakan bahwa negara tersebut tidak ikut campur urusan negara lain dan tidak ingin pula urusannya dicampuri oleh negara lain. Hal tersebut terjadi salah satu faktornya adalah karena munculnya Doktrin Monroe tahun 1823.
Doktrin Monroe merupakan suatu pernyataan yang dilontarkan oleh Presiden Amerika ke-5 (1817-1825), James Monroe, dalam pidato tahunannya di depan Kongres. Isi pidato dari Monroe ialah mengenai penolakan Amerika terhadap negara-negara Eropa dalam melakukan perluasan wilayah dan dominasi di benua Amerika. Doktrin Monroe ini dilatarbelakangi oleh gejolak revolusi di negeri-negeri Amerika Tengah dan Amerika Selatan yang ingin memerdekakan diri dari cengkraman bangsa Eropa, dan atas desakan publik Amerika, Amerikapun mengakui kemerdekaan negara-negara Latin. Secara implisit, Doktrin Monroe menyatakan bahwa America for the Americans sehingga sejak bergulirnya doktrin tersebut, Amerika fokus membangun negerinya dan  bersifat netral terhadap urusan yang terjadi di Benua Eropa. Hal tersebut memperlihatkan dijalankannya politik isolasi Amerika terhadap dunia luar dan dengan demikian menjadikannya sebagai politik luar negeri Amerika.
Politik isolasi yang dimaksud tentu bukan menutup diri dari setiap hubungan internasional dengan negara-negara lain, isolasi yang dijalankan oleh Amerika adalah sebuah kenetralan akan masalah yang dihadapi oleh negara-negara Eropa yang sedang berkonflik serta tidak memihak blok manapun, baik Aliansi Suci maupun Sekutu. Kebijakan tersebut selain mengacu pada doktrin Monroe juga mengacu pada ucapan Washington dalam pidato perpisahannya pada tanggal 17 September 1796 yang menguraikan dasar-dasar politik luar negeri Amerika dengan pengertian tidak mengajukan pendapat dalam masalah Eropa. [1]
Ketika bayang-bayang perang dunia pertama muncul di hadapan Amerika, Doktrin Monroe dan politik isolasi tersebut tentu tidak dapat pula dipertahankan selamanya. Kedaulatan Amerika mulai mengalami ancaman serius sebagai dampak dari perang tersebut sehingga diperlukan tindakan untuk mengatasinya. Di tahun 1917 Amerika serikat bergabung dengan Perancis dan Inggris untuk melawan Jerman yang mengancam kemerdekaan kedua negara tersebut. Masih di bawah sikap mempertahankan kenetralan, Amerika masuk dalam perang dunia pertama hanya sebatas  “penengah”, meskipun hal tersebut menyalahi doktrin Monroe. Perang yang dimaksudkan oleh Amerika tentu sebagai bentuk menjaga demokrasi tetap berjalan, dunia aman dan damai serta sebagai bentuk penghentian perang (war end war).
Dengan demikian, Doktrin Monroe yang dilontarkan tahun 1823 mengalami perubahan orientasi yang disesuaikan dengan situasi yang dihadapi oleh Amerika dan  juga masyarakatnya.


Pengaruh Doktrin Monroe terhadap Politik Isolasi Amerika
Amerika Serikat (The United States Of America) mendeklarasikan kemerdekaannya dari Inggris pada tanggal 4 Juli 1776 setelah melalui serangkain perang dan perjuangan. Pengalamannya sebagai daerah koloni dari bangsa Eropa yang pindah ke benua baru untuk kehidupan yang lebih baik, baik dari segi politik, ekonomi, sosial budaya dan juga kehidupan beragama, menjadikan negara ini menjunjung tinggi nilai liberalisme dan demokrasi sebagai dasar negara. Sebagai negara yang menjungjung tinggi demokrasi dan libelarisme, Amerika juga harus menghormati hak merdeka bangsa lain yang juga ingin lepas dari kungkungan bangsa Eropa. Doktrin Monroe menjadi salah satu jawaban dari bentuk demokrasi Amerika terhadap dunia internasional pada saat itu.
Doktrin tersebut muncul dilatarbelakangi oleh gerakan revolusi dari Amerika tengah dan selatan pada dekade awal abad ke-19.  Ketika para koloni Inggris mendapatkan kebebasannya dan menjadi negara merdeka seutuhnya, gagasan tersebut juga memberikan pengaruh pada rakyat Amerika Latin. Penaklukan Napoleon atas Spanyol dan Portugal pada 1808 menjadi pertanda bagi rakyat Amerika Latin untuk mengadakan pemberontakan. Menjelang 1822, dipimpin dengan cakap oleh Simon Bolivar, Francisco Miranda, Jose de San Martin dan Miguel de Hidalgo, sebagian besar Amerika Hispanik–dari Argentina dan Chili di selatan hingga Meksiko di utara–memenangkan kemerdekaan mereka. Rakyat Amerika Serikat melihatnya sebagai sebuah pengulangan pengalaman mereka sendiri dalam memisahkan diri dari bawah kekuasaan Eropa. Gerakan kemerdekaan Amerika Latin mempertegas keyakinan rakyat Amerika terhadap pemerintahan otonomi. Maka, dengan tekanan dari publik, Presiden James Monroe pada 1822 menerima wewenang untuk mengakui negara Amerika Latin baru dan menegaskan status mereka sebagai negara merdeka yang sesungguhnya, sepenuhnya terpisah dari ikatan lama mereka dengan Eropa, layaknya negara Amerika Serikat.[2].
James Monroe dalam pidato tahunannya di depan Kongres pada tanggal 2 Desember 1823 menyampaikan apa yang kemudian dikenal sebagai doktrin Monroe- suatu penolakan toleransi terhadap dominasi lebih lanjut Eropa di benua Amerika. Pernyataan James Monroe mengekspresikan akan dua keadaan khusus yang terjadi pada saat itu. Pertama, dia takut akan rencana Rusia untuk mendirikan koloni di pantai barat. Kedua dia takut akan rencana bangsa-bangsa Eropa untuk mengembalikan koloni-koloni Spanyol di Amerika Latin yang memberontak dan menyatakan kemerdekaannya. Tentu saja Amerika menentang hal tersebut.[3] Amerika sangat khawatir karena Amerika Latin telah menjadi mitra perdagangan yang sangat penting pada saat itu.  
Doktin Monroe merupakan manifestasi politik status quo yang mempunyai arti penting bagi Amerika Serikat dan merupakan landasan hubungan luar negerinya. Deklarasi unilateral oleh presiden James Monroe menetapkan dua prinsip doktrin. Pertama doktrin tersebut menetapkan agar Amerika serikat menghormati pembagian kekuasaan yang sudah ada di dunia belahan barat. “Dengan koloni yang sudah ada atau ketergantungan terhadap kekuatan Eropa mana pun, kami tidak pernah campur tangan dan takkan pernah campur tangan”. Kedua, doktrin tersebut menyatakan perlawanan Amerika serikat terhadap perubahan apa pun atas  pembagian kekuasaan yang ada oleh suatu negara non-Amerika : “Tetapi dengan pemerintah yang telah menyatakan kemerdekaannya dan mempertahankan kemerdekaan itu, juga kemerdekaan yang telah kita... akui, kita tidak dapat membiarkan tindakan campur tangan apa pun yang bertujuan menekan mereka, atau mengendalikan nasib mereka dengan cara apa pun, oleh kekuatan Eropa mana pun dengan anggapan selain manifestasi disposisi tidak ramah terhadap Amerika Serikat.”[4]
Dengan demikian, Amerika secara jelas menolak setiap bentuk intervensi asing terhadap negaranya dan juga negara di benua Amerika, dan sebagai “balasannya” Amerika tidak turut campur dalam urusan negara-negara Eropa serta memilih untuk bersifat netral terhadap konflik yang berlangsung di benua Eropa.
Ketidak ikut campuran Amerika dalam percaturan konflik Eropa membuatnya fokus dalam membangun negara sehingga pada saat tersebut mulailah tumbuh benih-benih politik isolasi dalam masyarakat Amerika. Isolasi yang dijalankan oleh Amerika adalah sebuah bentuk ketidakberpihakan Amerika terhadap blok manapun di Eropa dan lebih memilih bersikap netral.
            Apabila merujuk pada ucapan Geoge Washington dalam pidato perpisahannya di depan Kongres, adalah bahaya dan tidak ada manfaatnya bagi Amerika untuk berpihak pada blok-blok yang sedang bertikai di Eropa “bagi Eropa ada sejumlah kepentingan mendasar yang tidak ada kaitannya dengan kita atau hubungan kita dengannya jauh karena itu mengharuskan Eropa untuk terjun dalam konflik yang terus-menerus yang sebabnya asing bagi kita dan juga kepentingan kita” selain itu diutarakan pula oleh Washington bahwa tidak bijak jika “ kami melibatkan diri dengan ikatan-ikatan semu dalam pergolakan politik dan kelompoknya serta konflik permusuhan dan persahabatannya. Sesungguhnya posisi kita yang jauh dan terpisah darinya mengajak kita untuk, bahkan dapat mengikuti jalan lain…. Mengapa kita harus meninggalkan keistimewaan posisi yang unik ini? kenapa kita meninggalkan tanah kita untuk berdiri di tanah yang asing dengan kita? Kenapa kita harus mengikatkan nasib kita dengan nasib eropa sementara kita melibatkan bangsa kita dengan ambisi-ambisi negara eropa dan menyaingi dalam kepentingan langkah-langkahnya?” [5]
Ucapan Washington tersebut dapat menggambarkan rasa nasionalisme untuk melawan penjajah (bangsa Eropa) telah muncul pascaperang kemerdekaan. Nasionalisme di Amerika tersebut membentuk isolasi politik dan ideologi antara Amerika dan Eropa. Meskipun tidak secara langsung Washington mendoktrin untuk melakukan isolasi dan pemutusan hubungan dengan Eropa, tetapi ketika Monroe menyatakan doktrinnya, hal tersebut layaknya sebuah dorongan lain bagi masyarakat Amerika untuk benar-benar menutup diri dari konflik-konflik Eropa dan fokus terhadap pembangunan negara sendiri.
Dengan doktrin Monroe, paham demokrasi dan sistem ekonomi yang dianutpun turut mendorong politik isolasi dilaksanakan oleh masyarakat Amerika. Untuk membangun ekonomi, Amerika mengadopsi kapitalisme dan liberalisme perdagangan dari revolusi industri. Hal tersebut mendorong masyarakat Amerika berorientasi pada ekonomi dan materialisme, sedangkan politik bukan sesuatu yang penting bagi mereka. Dengan berfokus pada ekonomi masyarakat Amerika mendapati dirinya dalam damai dan kemakmuran sedangkan negara-negara Eropa masih sibuk dalam konflik dan peperangan. Titik tolak tersebut menciptakan satu falsafah bagi Amerika yang melandasi politik isolasi; bahwa Amerika harus memutus hubungan dengan Eropa karena dengan adanya isolasi dari Eropa, Amerika dapat menjaga kejernihan demokrasinya dan terfokus pada politik dalam negeri dengan mengembangkan kekakayaan dan menjaga kebebasan.[6]

2 Perang Dunia Pertama sebagai bentuk penyimpangan Doktrin Monroe
Bergolaknya konflik negara-negara Eropa berakhir dengan munculnya perang dunia pertama pada tahun 1914. Perang yang hanya melibatkan negara-negara Eropa tersebut sering disebut sebagai perang Eropa, tetapi dampak dari perang tersebut berpengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat Amerika dan juga politik luar negerinya. Sejak 1914, Amerika mulai menjadi sebuah kekuatan dunia, mendapatkan hubungan jauh dengan koloni, menjadi sebuah elemen dalam keseimbangan kekuatan Eropa, dan  kebijakan luar negerinya berubah dari kebenuaan dan keisolasian ke dalam sebuah bidang yang lebih besar.[7]
Bagi masyarakyat Amerika yang hidup pada 1914, pecahnya perang di Eropa—Jerman dan Austria- Hongaria melawan Inggris, Perancis, dan Rusia—membuat mereka tersentak. Awalnya pertempuran itu seakan terasa sangat jauh, tapi dampak ekonomi dan politiknya terasa dalam waktu singkat dan dengan parah. Selama 1915, industri Amerika, yang sedang mengalami masa depresi ringan, mulai membaik karena adanya permintaan peralatan perang dari Sekutu di Barat. Kedua pihak yang berseteru menggunakan propaganda untuk menyulut semangat rakyat Amerika—yang sepertiganya adalah warga negara asing atau lahir dari orangtua berkewarganegaraan asing.[8]
Awalnya, bangsa Amerika masih memegang teguh sikap netralnya terhadap negara-negara yang berkonflik, dengan masih di bawah doktrin Monroe, keterlibatan Amerika dalam perang tersebut hanya sebatas produsen dan penjual senjata untuk para negara yang berperang di Eropa, tidak ambil bagian dari konflik secara langsung. Bangsa Amerika dimasa damai tidak memalingkan perhatiaannya pada masalah luar negeri karena itu akan memalingkan manusia dari nilai materi mereka serta membalikkan nilai-nilai sosialnya, kecuali dengan terpaksa.
Faktor yang mulai menggoyahkan kenetralan masyarakat Amerika dalam mempertahankan doktrin Monroe adalah ketika kapal-kapal Amerika dihadang, digeledah serta barang-barangnya diambil oleh Inggris ataupun Jerman, hal yang dilakukan Amerika masih sebatas protes dan peringatan. Kemudian, kapal sipil Inggris, Lusitania, pada 7 Mei 1915 ditenggelamkan oleh kapal selam Jerman sehingga menewaskan 1.198 orang, 128 orang di antaranya adalah orang Amerika. Hal itu tentu menimbulkan kemarahan rakyat Amerika sehingga membuat Presiden Wilson mendesak agar penyerangan terhadap angkutan laut dan kapal dagang Amerika segera dihentikan. Adanya peringatan dari Amerika tersebut membuat Jerman untuk sementara waktu menghentikan perang kapal selamnya, tetapi pada Agustus 1915, Jerman kembali melakukan serangan untuk menenggelamkan kapal pesiar Inggris, Arabic, dan kapal pesiar Perancis, Sussex, yang hancur terkena torpedo pada Maret 1916.
Hal tersebut tentu tidak dapat lagi ditolerir oleh Amerika, ketika negara-negara yang berperang mulai mengancam dan mengganggu hak hidup masyarakat Amerika, tentu bangsa Amerika tidak bisa tinggal diam dan tidak mungkin berpura-pura tidak mengetahuinya sehingga Amerika yang menjunjung demokrasi dan kebebasan menuntut pertanggung jawaban dari akibat perang yang berdampak pada Amerika. Amerika tidak dapat lagi hanya sekedar memberikan peringatan, tentu harus ada ketegasan sikap dalam menghadapi Perang Dunia Pertama. Maka, konsekuensi logis dari hal tersebut adalah penyimpangan terhadap dokrin Monroe dan politik isolasi.
Presiden Wilson yang kembali terpilih pada 1916, merasa mengemban tugas untuk bertindak sebagai pendamai, dia berpidato di hadapan Senat Amerika, pada 22 Januari 1917, mendesak negara yang sedang berperang untuk menerima “perdamaian tanpa kemenangan.” Namun pada 31 Januari 1917, pemerintah Jerman mulai menjalani perang terbuka di dasar laut dan menyebabkan lima armada laut Amerika tenggelam. Maka tidak mungkin lagi Amerika hanya memberikan ultimatum tanpa bertindak. Ketika provokasi dikobarkan, maka penggunaan sarana kekerasan seperti perang digunakan untuk mencapai kedamaian dan kestabilan. Sementara serangan militer Amerika hanya untuk membela demokrasi dan mengenyahkan musuh yang tidak bermoral yang bisa mengancam demokrasi.[9]
Perang yang dilancarkan Amerika menurut pandangan bangsa Amerika bukanlah suatu bentuk politik kekuasaaan seperti yang dilakukan oleh negara-negara Eropa yang yang didorong oleh konflik antarkelas. Keterlibatan Amerika dalam kancah perang dunia adalah untuk mengembalikan perimbangan di Eropa, di mana penguasaan satu negara terhadapnya akan mengecam keamanan Amerika itu sendiri. Adapun intervensi menurut cara pandang bangsa Amerika adalah dalam rangka menghapuskan kediktatoran dan mengembalikan demokrasi.[10]
 Dengan pandangan tersebut, maka Amerika mulai merealisasikan untuk masuk kancah perang dan bergabung dalam blok sekutu. Pada tanggal 2 April 1917 Presiden Wilson mendapat persetujuan untuk mendeklarasikan perang dari Kongres. Pemerintah bergerak cepat dalam mengerahkan sumber daya militer, industri, tenaga dan hasil pertanian untuk persiapan perang. Selama Oktober 1918, pada malam sebelum kemenangan pihak Sekutu, lebih dari 1.750.000 tentara Amerika telah tersebar di Perancis. Pada musim panas 1918, tentara Amerika yang baru tiba di bawah pimpinan Jendral J. Pershing memainkan peranan penting dalam menghentikan serangan terakhir dari Jerman. Pada musim gugur tahun itu, tentara Amerika merupakan tokoh kunci dalam serangan di Meuse-Argonne, yang berhasil menembus Garis Hindenburg Jerman. Presiden Wilson berkontribusi besar dalam mengakhiri perang secara lebih cepat dengan mendefinisikan tujuan perang Amerika yang menyatakan perjuangan ini bukan untuk memerangi rakyat Jerman melainkan terhadap pemerintahan otoriter mereka.[11]
Meskipun masuknya perang Amerika dalam perang dunia pertama menyimpang dari doktrin Monroe, tapi Amerika berupaya supaya bentuk akhir dari perang ialah suatu perasaaan untuk menjaga perdamaian diantara negara-negara Eropa. pasca berakhirnya perang tahun 1918, presiden Wilson mengajukan suatu keputusan pada Senat yang disebut dengan Empat Belas Poin, yang salah satu isinya adalah pendirian liga bangsa-bangsa untuk mengikat perdamaian antar negara yang berperang. Namun negara-negara yang berkonflik tersebut, khususnya blok Sekutu yang menang perang dunia pertama, mengeluarkan perjanjian Versailles yang salah satu isinya adalah membebankan tanggungan pampasan perang yang sangat berat terhadap Jerman.
Pendirian Liga bangsa-bangsa yang digagas oleh presiden Wilson ini mendapat opposisi dari senator Republik di Senat, Borah dan Lodge. Presiden Wilson gagal melibatkan tokoh terkemuka partai Republik dalam negosiasi perjanjian perdamaian. Ia kembali dengan dokumentasi setengah jadi, dan menolak mengadakan konsesi yang diperlukan guna melenyapkan kekhawatiran partai Republik tentang perlindungan terhadap kedaulatan Amerika. Dalam dua kali pengambilan suara—pada November 1919 dan Maret 1920— Senat kembali menolak Traktat Versailles dan juga menolak Liga Bangsa-bangsa. Penolakan Senat terhadap Traktat Versailles dan Liga Bangsa-bangsa serta kekalahan Wilson menunjukkan rakyat Amerika belum siap berperan sebagai pemimpin di tingkat dunia. Visi Wilson yang terlampau muluk sempat menginspirasi bangsa Amerika dalam waktu singkat, namun ketika terbentur dengan kenyataan, visi tersebut dengan cepat menimbulkan kekecewaan luas terhadap masalah dunia. Secara naluriah Amerika kembali menganut isolasionisme.[12]

 
KESIMPULAN

Doktrin Monroe yang diucapkan oleh Presiden Amerika ke-5, James Monroe, pada tanggal 2 Desember 1823 di hadapan Kongres mendapat sambutan baik dari masyarakat Amerika untuk bersikap netral dan tidak ikut campur dalam konflik negara-negara Eropa karena  dalam menjalankan politik luar negerinya, Amerika menjunjung demokrasi dan kebebasan. Munculnya Doktrin Monroe mampu memberikan pengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat Amerika Serikat pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Berkorelasi dengan hal tersebut, Amerika menjalankan politik isolasi yang berlangsung di berbagai bidang kehidupannya, baik di bidang ekonomi dan politik sehingga kehidupan di amerika dapat dikatakan damai, karena masyarakat tidak terganggu urusan politik luar negeri negara lain dan fokus membangun negerinya.
Pecahnya perang dunia pertama di Eropa tahun 1914 turut menyeret Amerika untuk turun langsung mengatasi perang. Hal tersebut merupakan penyimpangan dari Doktrin Monroe yang salah satu isinya menyatakan bahwa Amerika tidak terlibat dalam urusan konflik negara-negara Eropa. namun, Presiden Wilson, sebagai presiden yang menjabat pada masa itu tidak bisa tinggal diam ketika Amerika dan masyarkatnya mulai terancam kedaulatannya karena perang tersebut, terutama oleh Jerman dengan perang kapal selamnya. Maka pada tahun 1917, Presdien Wilson yang mendapatkan persetujuan dari Kongres menyatakan terlibat perang dan ikut dalam blok Sekutu. Tujuan masuknya Amerika dalam perang dunia satu adalah sebagai bentuk menjaga perdamaian dan keamanan berdirinya demokrasi.
Cepat berakhirnya perang dunia pertama pada tahun 1918 salah satunya adalah karena jasa Presiden Wilson, sehingga sebagai bentuk menjaga perdamaian, dia mengajukan pembentukan Liga Bangsa-Bangsa dengan Amerika sebagai pemimpinnya. Akan tetapi, terjadi penolakan oleh Senat Amerika Serikat terhadap keterlibatan Amerika dalam liga yang dikhususkan untuk penyelesaian perdamaian negara-negara Eropa sehingga secara naluriah, Amerika kembali menganut politik isolasi.

Daftar Pustaka
Biro Program Informasi Internasional. 2005. Garis Besar Sejarah Amerika. Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.
Cipto, Bambang. 2007. Amerika. Lingkaran Buku : Yogyakarta.
Dukes, Paul. 2000.  The Superpowers : A Short History. Routledge: New York.
Donova, Frank. 1963. Mr. Monroe’s Message : The Story of the Monroe Doctrin. Dood, Mead and Company  : New York.
Morgenthau, Hans. J. 2010. Politik Antarbangsa. Perpustakaan Nasional : Jakarta.
Musa, Muhammad. 2003. Hegemoni Barat Terhadap Percaturan Politik Dunia : Sebuah Potret Hubungan  Internasional. Wahyu Press : Jakarta.
Perkins, Dexter. 1944. America and Two Wars. Little, Brown and Company : Boston.

Sumber Internet :
http://usa.usembassy.de (diakses pada hari kamis, 10 desember 2015. Pukul 15:35 WIB)


[1] Hans J. Morgenthau. Politik Antarbangsa. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2010), hlm. 23
[2] Biro Program Informasi Internasional. Garis Besar Sejarah Amerika. (Departemen Luar Negeri Amerika Serikat : 2005). hlm. 125
[3] Frank Donova. Mr. Monroe’s Message : The Story of the Monroe Doctrin. (New York : Dood, Mead and Company, 1963). hlm. 4
[4] Hans J. Morgenthau. Op. Cit. hlm. 60
[5] Muhammad Musa. Hegemoni Barat Terhadap Pencaturan Politik Dunia: Sebuah Potret Hubungan Internasional. (Jakarta: Wahyu Press, 2003), hlm. 122
[6] Muhammad Musa. Op. Cit. hlm. 129-130
[7] Dexter Perkins. America and Two Wars. (Boston : Little, Brown and Company, 1944), hlm. 3
[8] Biro Program Informasi Internasional. Op.Cit. hlm. 228
[9] Muhammad Musa. Op. Cit. hlm. 132
[10] Muhammad Musa. Op. Cit. hlm. 131-132
[11] Biro Program Informasi Internasional. Op.Cit. hlm. 229
[12] Biro Program Informasi Internasional. Op.Cit. hlm. 230