Hari ini, tanggal 8 desember 2017, salah satu hari yang cukup
menyakitkan. Pengumuman CPNS LIPI 2017. Memang nilai skd dan skb cat ku ga
sebesar senior-senior ku. Yaa 3 orang yang ikut tes lanjutan untuk formasi peneliti
ahli pertama sejarah Indonesia, semuanya dari kampusku,, seniorku angkatan 2011
dan 2012. Aku sendiri angkatan 2013 dan fresh graduate. Harapanku untuk dapat
masuk menjadi keluarga lipi adalah di tes terakhir, yaitu wawancara. Aku meyakini
betul bahwa secara organisasi, kepanitian, capaian prestasi, akademik kampus,
penelitian, presentasi di forum intersnasional, aku lebih unggul dibanding senior-seniorku. Namun itu semua
sepertinya tidak dapat menjamin apa-apa jika Allah berkehandak lain. Secara tidak
diduga, nilai wawancara seniorku sama denganku, yang mana pupus sudah harapanku
menjadi keluarga LIPI tahun ini. Kecewa sangaaaaatttt,,, nangis selama 5
menit,,,sedih bangettttt… my ambition to be a researcher in LIPI failed to achieve,,,,,,
huhuhuðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
Jumat, 08 Desember 2017
Rabu, 06 Desember 2017
Spices : The Europe Voyage to The East of New World (The Background of Journey)
peta penjelajahan samudra
sumber : internet :(
Produk
apa yang berharga dan banyak diincar di Eropa atau di dunia pada saat ini? Minyak
bumi kah? Batu bara kah? Teknologi kah? Ataukah Nuklir? Tentunya produk yang dibutuhkan
dan ingin dimiliki sudah sangat beragam dari waktu ke waktu. Oleh karena itu,
menilik pada sejarah dan perkembangan dunia pada saat ini sepertinya tidak
dapat dilepaskan dari dilakukannya pelayaran Samudra yang dipelopori oleh
bangsa-bangsa Eropa. Untuk apa mereka melakukannya? Tentunya banyak latar
belakang yang mendorong atau menariknya, dan satu hal yang pasti adalah karena
kebutuhkan mereka akan REMPAH-REMPAH!
Rempah-
rempah merupakan primadona dari beberapa barang dagangan yang diperjualbelikan
di wilayah Nusantara dan ‘Asia Tenggara’ pada abad ke 16 dan mungkin jauh
sebelumnya. Namun satu hal yang pasti produk ini merupakan incaran dari
masyarakat Eropa pada saat itu untuk kebutuhan mereka, terutama menghadapi
musim dingin. Mengapa? Karena pada musim dingin tumbuhan tak ada yang tumbuh,
hewan ternak banyak yang disembelih untuk kebutuhan pangan di musim dingin. Untuk
mengawetkan daging-daging ternak tersebut diperlukannlah rempah-rempah yang
berasal dari luar Eropa, bahkan beberapa rempah-rempah mampu mengobati penyakit
tertentu pada saat itu di Eropa.
Untuk
mendapatkan rempah-rempah, masyarakat Eropa tidak langsung mendapatkannya dari
wilayah Nusantara atau negara-negara di sekitar Nusantara. Mereka mendapatkan
rempah-rempah dengan membeli ke ibukota Byzantium, Konstantinope (sekarang kita
mengenalnya dnegan sebutan Instanbul). Ketika Byzantium jatuh ke tangan Islam,
perdangangan dengan ERopa mulai ditutup. Hal tersebut tentu saja menjadi
pukulan yang cukup berat bagi masyarakat ERopa. Pada saat itu pula mereka makin
tidak suka dengan Islam sehingga terjadilah kemudian Perang Salib yang
berjilid-jilid.
Orang-orang
ERopa pada akhirnya melakukan pencarian rempah-rempah tanpa harus bergantung pada
pasar Byzantium. Tidak saja dilatarbelakangi oleh kejatuhan Byzantium, juga
didorong oleh semangat Gospel (penyebaran agama Nasrani), kemudian disusul pula
dengan adanya persaingan antara Spanyol dan Portugis dalam penguasaan dunia di
bawah kendali mereka serta ditambah untuk membuktikan bahwa bumi itu bulat. Di Eropa
pun pada saat itu memang sedang gencar-gencarnya berkembang paham
Merkantilisme, di mana sebuah kekayaan diukur berdasarkan banyaknya emas. Emas didapatkan
jika perdagangan mereka juga lancar. Oleh karena itu, perjalanan mencari rempah
rempah ke tempat asalnya untuk diperdagangnkan di pasar Eropa merupakan hal
dilakukan oleh para pedagang Eropa demi meraih keuntungan.
Then,
the journey has began,,,,,named Ocean Exploration (Penjelajahan Samudra)
Label:
asia tenggara,
belanda,
Byzantium,
eropa,
glory gospel gold,
inggris merkantilisme,
islam,
Maluku,
nusantara,
penjelajahan samudra,
portugis,
rempah-rempah,
spanyol
Selasa, 05 Desember 2017
DE IMHEEMSCHE MEUBELNIJVERHEID IN PONDOK PINANG : the beginning
Map of Pondok Pinang in 1970
sumber : ANRI (don't copy please. kalo perlu datang ke anri yaa buat yang aslinya :) )
Pondok
pinang adalah salah satu kelurahan yang ada di Jakarta Selatan. Wilayah tersebut
berbatasan dengan sungai Sodetan, dan kelurahan Kebayoran Lama Selatan di
sebelah utara. Sebelah timur berbatasan dengan kali Grogol, kelurahan Gandaria
Selatan dan kelurahan Cilandak Barat/kecamatan Cilandak. Sebelah selatan
berbatasan dengan jalan Pasar Jumat/kelurahan Lebak Bulus. Sebelah barat
berbatasan dengan kali Pesanggrahan/ kecamatan Pesanggrahan. Pondok pinangpun merupakan
tempat dengan permukiman elite terbesar di wilayah Jakarta selatan yang
dibangun pada tahun 1970-an, Pondok Indah.
Di
wilayah sekitaran Jakarta cukup banyak nama wilayah yang serupa, selain pondok
pinang sebut saja terdapat wilayah Pondok Cabe, Pondok Labu, Pondok Cina,
Pondok Aren, Pondok Gede, Pondok Rangon, Pondok Bambu. Persamaan dari
kesemuanya adalah kata pondok. Jika begitu apa pengertian dari pondok itu
sendiri?
Merujuk
pada hasil penelitian seorang sejarawan Australia, Lea Jellinek, dengan jurnalnya
yang berjudul The Pondok of Jakarta
atau bukunya yang berjudul Seperti Roda
berputar : perubahan sosial sebuah kampung di Jakarta, pondok adalah sebuah tempat tinggal
bagi pedagang-pedagang yang berasal dari wilayah luar Jakarta (migran traders), biasanya
mereka masih dari desa/wilayah yang sama. Tempat tersebut hanya
seluas 6 meter persegi dengan penghuni bisa mencapai 10 sampai 40 orang
sehingga dengan jelas menggambarkan suasana sesak dari tempat tinggal tersebut.
Tidak hanya itu, pondok juga
merupakan tempat tinggal sementara bagi para pedagang tersebut, karena
pondok-pondok itu adalah tempat yang disewakan oleh para tauke[1] untuk para
pedagang yang kadang pulang kampung.
Sebelum
Lea Jellinek menyebutkan makna pondok tersebut pada tahun 1970-an, 30 tahun
sebelumnya, sekitar tahun 1940-an terdapat seorang yang memberikan makna dari
pondok itu sendiri, terutama menyangkut Pondok Pinang, yaitu Soemanang. Menurut
Soemanang, mendasarkan pada ‘wawancara’ dengan para orang tua di sana, asal usul
dari penamaan pondok (Pondok Pinang) adalah dikarenakan para pengumpul pinang yang
membawa hasilnya untuk diperdagangkan ke Batavia Pusat (Batavia Centrum) kadang terhambat di tengah perjalanan karena jalan
yang digunakan untuk ke Batavia rusak oleh hujan sehingga para pengumpul
tersebut akhirnya membentuk sebuah tempat peristirahatan dan penginapan untuk
sementara waktu, yang kemudian disebut pondok. Tidak hanya itu, asal usul[2]
Pondok Pinang juga awalnya berarti sebuah tempat di mana para pengumpul pinang
biasa mengawasi pinangnya.
Sebelum pertengahan
tahun 70-an, wilayah Pondok Pinang dapat dikatakan masih bersifat bersifat rural settlement,[3]
yaitu wilayahnya masih bersifat desa, dibandingkan Kebayoran Baru yang sudah
dikembangkan pemerintah sejak tahun 1948 menjadi wilayah permukiman dengan
sarana dan prasarana. Wilayah kelurahan Pondok Pinang merupakan hamparan
dataran rendah yang memiliki ketinggian kurang lebih 12 meter di atas permukaan
laut, yang terbagi menjadi 2
bagian karena terpisah oleh jalan raya Ciputat, yaitu kampung Pondok
Pinang bagian barat dan kampung Pondok Pinang bagian timur.
Keadaan wilayah
Pondok Pinang tidak jauh berbeda dengan keadaan Pasar Minggu, yaitu suatu
wilayah yang asri
dan terdapat kebun buah-buahan,[4]
sebagian besar ditanami dengan tanaman nanas dan jeruk, serta perkebunan karet. Kemudian terdapat juga
sawah-sawah yang diusahakan oleh masyarakat, yang tidak saja ditanami dengan
padi tapi juga palawija. [5]
Rawa-rawa juga dapat di temukan di wilayah Pondok Pinang, malah menurut masyarakat Pondok Pinang mereka juga
membuat empang-empang ikan.
Status
tanah di Pondok Pinang awalnya terdiri dari beberapa kepemilikan, terutama pada
masa kolonial Belanda terdapat tuan-tuan tanah yang menguasai lahan yang besar.[6]
Setelah kemerdekaan, status tanahnya mulai mengalami perubahan kepemilikan. Tanah yang awalnya adalah milik tuan
tanah dengan hak eigendom verponding
menjadi tanah milik negara.[7]
Sebelum dikeluarkannya UU No. 1 Tahun 1958,[8]
tercatat ada 9 pemegang hak eigendom
di Pondok Pinang.
[1] Jellinek
menjelaskan bahwa tauke adalah orang
yang berperan layaknya “boss” bagi para pedagang, dan juga menjadi pemilik dari
tempat tinggal dan alat-alat perdagangan para penghuni pondok. dalam Lea Jellinek, The
Pondok Of Jakarta, hlm. 1
[2] Asal-usul mengenai nama
Pondok Pinangpun memiliki versi yang berbeda di masyarakat Pondok Pinang. Versi
lain masyarakat menyatakan bahwa dahulu nama wilayah Pondok Pinang hanyalah
sebatas kata pondok. Namun ketika muncul perampok dari luar wilayah pondok dan
membuat masyarakat resah, datanglah perantau dari Demak, Jawa Tengah, yang
bernama Raden Pandoman Mas Parnyoto yang kemudian mampu menundukan perampok
tersebut dan menang. Penambahan kata pinang yang dimaksud pun merupakan asal
kata “menang” atau kemenangan Raden Pandoman terhadap perampok tersebut, dalam
Mohamad Soerjani, 1981, Ekologi Budaya
Kota Jakarta (Kasus Adaptasi Sumberdaya di Pondok Pinang), Jakarta : Pusat
Penelitian Sumberdaya Manusia dan Lingkungan Universitas Indonesia, hlm. 13.
[3] Koentjaraningrat, 1973,
Village Life South Of Jakarta : Brief
report of a Comparative Study on Village Life Around Capital Cities of
Southeast Asia, paper discussion untuk The Center for Southeast Asia
Studies, hlm. 2.
[4] R. M. Soemanang, Op.Cit.,
hlm. 5.
Kebayoran dan
Pasar Minggu adalah daerah pinggiran kota Jakarta yang diliputi oleh sawah,
ladang, dan kebun. Wilayahnya terkenal juga sebagai hutan buah-buahan, dalam
Lasmijah Hardi, dkk, “ Jakarta-ku, Jakarta-mu, Jakarta kita, (Jakarta :
Pemerintah Daerah Jakarta, 1987), hlm. 100.
[5] R. M. Soemanang, Op. Cit.,
hlm. 12.
[6] Pada tahun 1940 di wilayah
Pondok Pinang tercatat bahwa tanah seluas 43,207 ha adalah eigendomground, dalam R. M Soemanang, De Imheemsche Meubelnijverheid in Pondok Pinang, (Batavia : G.
Kolff & Batavia.C, 1940), hlm.11.
[7] Hak
eigendom merupakan salah satu hak-hak atas tanah pada masa kolonial yang diatur
dalam Burgelijk Wetboek. Hak eigendom adalah hak untuk dengan bebas
mempergunakan suatu benda (dalam hal ini tanah)sepenuhnya dan untuk menguasai
seluas-luasnya, selama tidak bertentangan dengan undang-undangn atau
peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh sebuah instansi yang berhak
menetapkannya, serta tidak mengganggu hak-hak orang lain, dalam Hendro S.H.,
M.H, Kekuatan Pembuktian Tanah Eigendom
Veronding Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran
Tanah, (Tesis pada Fakultas Hukum UI), hlm.13.
[8] Berdasarkan Undang-Undang
No. 1 Tahun 1958 tentang penghapusan tanah-tanah patikelir, tanah eigendom
dengan luas lebih dari 10 bau yang menjadi milik seseorang atau suatu badan
hukum atau milik bersama dari beberapa orang atau beberapa badan hukum
diperlakukan sebagai tanah partikelir, dalam Adrian Sutedi, Implementasi Prinsip Kepentingan Umum dalam
Pengadaan Tanah untuk Pembangunan, (Jakarta : Sinar Grafika, 2007), hlm.
299.
Label:
ciputat,
jakarta,
jellinek,
kampung,
lea,
mebel,
meubel,
pedagang,
pinang,
pondok,
Pondok Aren,
Pondok Bambu,
Pondok Cabe,
Pondok Cina,
Pondok Gede,
pondok indah,
Pondok Labu,
pondok pinang,
Pondok Rangon
Rabu, 08 November 2017
PENDEKATAN PSIKOLOGI MUSIK DALAM PENANAMAN NASIONALISME
ini adalah esai yang ku kirimkan pada perlombaan antologi esai di UKM yang aku ikuti,,, mendapatkan prestasi sebagai harapan 1,, (sedihh nilainya beda 1 apa 2 gitu ya sama yang juara 3)
yukkk simak penuturan ku mengenai music dan nasionalisme Indonesia
just fyi,, ini adalah pengembangan abstrak dari calon paper yang akan ku ikuti di Universitas Airlangga pada 2016, tapi karena kelompokku sibuk-sibuk akhirnya aku kembangkan saja jadi esai,, hehe
cekidooottt
sumber: internet :(
Musik
dan nasionalisme merupakan dua
hal yang terkait satu dengan yang lain. Dalam sejarah perjuangan Bangsa
Indonesia, keduanya tidak dapat dipisahkan begitu saja. Hal tersebut ditunjukkan dengan lagu-lagu perjuangan
yang mampu menanamkan semangat bagi pejuang kemerdekaan
ataupun bagi para pejuang revolusi.
Maka, tidak salah jika lagu-lagu
nasional menjadi salah satu bukti pentingnya musik
untuk membangkitkan semangat cinta tanah air di Indonesia.
Berdasarkan
Kamus Besar Bahasa Indonesia, musik merupakan ilmu atau seni menyusun nada atau
suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan
komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan, keharmonisan, dan kesinambungan.
Musik dikenal oleh masyarakat Indonesia sudah sejak zaman dahulu, seperti
penggunaan dalam pemujaan, pemanggilan roh nenek moyang, pertunjukan kesenian,
hingga memasuki masa kerajaan-kerajaan dan kolonialisme, musik menjadi salah
satu hal yang mengalami perkembangan. Adapun nasionalisme, menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia merupakan suatu bentuk kesadaran keanggotaan dalam suatu
bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan,
mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa tersebut.
Nasionalisme di Indonesia sendiri mulai tumbuh dengan berdirinya Budi Utomo pada
tahun 1908 di Jakarta sebagai sumbu awal munculnya pergerakan-pergerakan nasionalisme
lainnya, sedangkan perpaduan antara nasionalisme dan musik untuk pertama
kalinya muncul pada Kongres Pemuda Kedua, 28 Oktober 1928, di mana pada saat
itu untuk pertama kalinya lagu Indonesia Raya karya Wage Rudolf Supratman diperdengarkan.
Tidak
hanya sebatas pada kebangkitan perjuangan kemerdekaan dan perjuangan revolusi,
musik juga mampu
menjadi media pendidikan.
Sebuah pembelajaran
yang
asik dan menyenangkan dapat
dilakukan dengan memadukan konsep antara psikologi,
musik dan pendidikan. Psikologi
sebagai salah satu ilmu memiliki penjelasan tersendiri mengenai nasionalisme.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Psikologi adalah ilmu yang berkaitan dengan
proses mental, baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada prilaku, dan
kegiatan kejiwaan. Kondisi kejiwaan manusia digambarkan sebagai inner yang berkembang pada tahap paling
awal sampai dewasa dengan berbagai manifestasi dan tingkah laku, Sigmund Freud
mengungkapkan bahwa realitas psikis adalah bentuk partikular dari eksistensi
dan tidak dikacaukan dengan realitas rasional.
Melalui
pendekatan psikologi sosial, nasionalisme dijelaskan sebagai suatu bentuk sikap
individu terhadap bangsanya dan bangsa lain, dengan melibatkan suatu bentuk
perasaan terikat serta loyalitas dari individu terhadap kelompoknya (Druckman,
1994). Pendekatan psikologi sosial yang digunakan untuk menjelaskan definisi
nasionalisme ini nantinya akan disambung dengan pendekatan psikologi musik
sebagai sarana untuk meningkatkan perasaan serta jiwa nasionalisme. Pernyataan mengenai psikologi tersebut sejalan dengan
gagasan menanamkan nilai-nilai nasionalisme melalui musik. Secara
kejiwaan, musik dapat menjadi terapi dan memungkinkan seseorang untuk
berkomunikasi secara verbal maupun non verbal. Musik sebagai terapi sangat
tergantung pada keadaan fisik, emosi, dan mental seseorang sehingga hal ini
mampu digunakan sebagai perubahan mood ataupun perilaku seseorang. Oleh karena
itu suatu paham, nasionalisme, akan dapat mengena jika disusupkan pada psikis
manusia itu sendiri.
Beberapa
tahun terakhir ini wacana tentang nasionalisme seringkali menjadi perdebatan
secara berulang. Beberapa tanggapan bahkan menyatakan bahwa nasionalisme sudah
tidak relevan lagi karena sekarang kita menghadapi arus dominan dunia yaitu “era
globalisasi”. Bahkan lebih jauh lagi mempertanyakan keabsahan dari konsep “negara
bangsa” (nation-state). Disadari atau tidak, dengan kemasan “ilmiah” ataupun
bukan, langsung ataupun tidak langsung, sengaja atau tidak sengaja, mereka ini
bagai kepanjangan tangan untuk membuat bangsa Indoensia tergiring dalam
pemikiran akan makna nasionalisme di zaman sekarang yang dianggap tak relevan.
Tidak hanya itu, semakin terglobalnya dunia, di Indonesia mulai bermunculan
gagasan akan “nasionalisme baru” yang tidak terlalu jelas isinya, namun hanya sekadar
menganggap bahwa nasionalisme yang dirumuskan oleh pendiri bangsa adalah
nasionalisme sempit. Oleh karena itu, penanaman nilai nasionalisme bagi generasi muda saat ini
menjadi suatu agenda yang penting.
Terlepas
dari arus globalisasi ataupun munculnya istilah “nasionalisme baru”, pentingnya
penanaman nasionalisme ini
diperlukan karena setelah
memasuki masa reformasi, nilai-nilai nasionalisme
yang dicirikan salah satunya dengan pengamalan Pancasilapun mulai ikut luntur seluntur
kebijakan-kebijakan rezim Orde Baru ang lain. Pancasila yang merupakan ideologi
dari tegaknya bangsa dan negara Indonesia lewat lima pilarnya, dan merupakan
simbol dari hasil perjuangan bangsa Indonesia untuk merdeka, telah dianggap dan mengakar di kalangan
masyarkat Indonesia sebagai
‘alat’ untuk memperpanjang kekuasaan dari orde yang sebelumnya berkuasa
sehingga banyak kalangan
masyarakat melupakan nilai-nilai luhur awal yang dicita-citakan oleh
pendiri Bangsa Indonesia.
Adanya pendekatan psikologi, khususnya
psikologi musik, penanaman nilai nasionalisme perlu dicoba untuk diterapkan. Penanaman nilai-nilai nasionalisme
harus dilakukan secara
secara berkesinambungan melalui media musik, agar ide dasar dalam menanamkan
jiwa kebangsaan tertanam dan
menjadi karakter dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Contohnya
saja dapat dilihat dari lirik-lirik dalam lagu yang bersifat kebangsaan mampu
menjadi sebuah refleksi dari kehidupan berbangsa dan bernegara itu sendiri. Oleh
karena itu, gagasan ini dapat
diimplementasikan melalui kerjasama
antara pelaku industri kreatif, psikolog, musisi, bahkan lembaga
negara, untuk melakukan
terapi kejiwaan melalui sebuah proses kreatif dan kumulatif.
Di
tingkat lembaga negara sendiri telah ada pembentukan Gita Bahana Nusantara dari
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Gita Bahana Nusantara
atau yang disingkat GBN merupakan paduan suara dan orkestra nasional yang para
pemainnya merupakan gabungan para pemuda dan pemudi dari seluruh Indonesia yang
dipilih secara ketat oleh negara melalui pemerintah daerah. GBN yang mulai digagas
pembentukannya pada tahun 2001 oleh Presiden Megawati Soekarnoputri ini menjadi
kenyataan dengan dukungan berbagai pihak sehingga pada tahun 2003, GBN memulai
debutnya untuk pertama kali di Istana Merdeka dalam peringatan Detik-Detik
Kemerdekaan Republik Indonesia hingga saat ini. Lahirnya gagasan GBN pun dilatarbelakangi
oleh tujuan untuk (a) menguatkan jati diri dan karakter bangsa, (b) untuk
menumbuhkan rasa kebangsaan, menghormati perbedaan dan memupuk rasa kebersamaan
di kalangan generasi muda, dan (c) membentuk paduan suara dan orkestra nasional
yang tangguh. Secara gamblang, GBN merupakan wadah untuk menyalurkan bakat dan
kreativitas generasi muda di bidang seni musik yang pada akhirnya mampu untuk
menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme, menghargai keberagaman, dan
menguatnya jati diri dan karakter bangsa.
Tidak
hanya sebatas paduan suara dan orkestra binaan lembaga negara, musik dari
band-band tanah air yang kini banyak digandrungi oleh kalangan muda mudi Indonesia
sehingga mampu menjadi alat untuk perpanjangan tangan dalam menanamkan
nilai-nilai nasionalisme. Banyaknya band-band
musik atau solosis menciptakan dan menyanyikan lagu-lagu dengan tema
kebangsaan, seperti Bendera, Indonesia Jaya, dan sebagainya, mampu menjadi daya
tarik untuk diikuti oleh para fansnya. Maka dari itu, penerapan inovasi penanaman
nasionalisme lewat pendekatan psikologi musik ini diharapkan dapat memberikan
perubahan positif untuk meningkatkan nasionalisme pada generasi muda Indonesia.
Daftar Pustaka
Djohan.
2005. Psikologi Musik. Yogyakarta :
Buku Batik.
Kamus Besar Bahasa
Indonesia
------. 1990. Seminar Sejarah Nasional V : Subtema
Pengajaran Sejarah. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional.
------. 2016. Merayakan Indonesia Raya. Direktorat
Jenderal Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI : Jakarta
Label:
air,
budi utomo,
cinta,
ilmu,
indonesia,
lagu,
musik,
nasionalisme,
perjuangan,
psikologi,
seni,
supratman,
tanah
Senin, 24 Juli 2017
DE INHEEMSCHE MEUBELNIJVERHEID IN PONDOK PINANG : prologue
hasil meubel ukiran Pondok Pinang
sumber : Media Jaya
Judulnya kalo diterjemahin
kurang lebih kek gini : industri mebel penduduk pribumi di Pondok Pinang.
just
fyi aja, ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan Soemanang tahun 1940....
menn ini kita 5 tahun menuju kemerdekaan...
okayy,,
cekidottt dehhh bicara soal Pondok Pinangnya dilanjut yukk
Berbicara mengenai wilayah
Pondok Pinang, Jakarta Selatan, kira-kira apa sih yang terbersit dipikiran kita
saat ini?
Perumahan
Pondok Indah kah? Atau justru lebih tahu Pondok Indah ketimbang Pondok Pinang?
gak tau Pondok indah juga? Perumahan elite di zamannyaa,,,, gilss kamuu ga
punya tv atau ga pernah jalan2 kalo beneran gak tau,,, :p
Atauuuu kalo ngomongin Pondok
Pinang taunya mengenai tenarnya wilayah tersebut sebagai wilayah industri
meubel? Tapi ko kalo sekarang dateng ke sana biasa aja ya yang jualan
mebelnya,, gak terlihat khas bahwa wilayah itu emang salah satu pusat industri
mebel,,,,,,gak sebanyak kek di Klender gitu? Cuma ada beberapa yang jualan
mebel,,,,,Why,,,why,,,,whyyyyy,,,,
Okayyy,,, jadi begini
ceritanya,,,,,,ceritanya panjang! Udah.
Engga
dongg,,, jadi ceritanya gini gengsss kenapa Pondok Pinang udah gak terlihat
sebagai wilayah yang ramai dalam penjualan mebel. Kita bisa runut masalah ini
ke masa di mana Indonesia lagi demam- demamnya tuh yang namanya BOM! Aslii beb
ini bomnya. Taukan kejadian Bom Bali, Bom Mariot, bom-bom lainnya yang terjadi
di beberapa wilayah di indonesia, wabilkhusus wilayah yang banyak bule-bule,
kek Bali dan jakarta.. nahhh apa tuh hubunganya sama Pondok Pinang? ada bangett
hubungannyaaa,,,justruu pengaruhnya gede bangett,,, jahat tingkat neraka deh
itu yang bikin teror bom,,, gak mikirin di suatu wilayah di selatan jakarta ada
yang terkena imbas atas perbuatan mereka yang jadi “pengantin” tapi gak nikah.
Jadi tuhhh berdasarkan
wawancara yang Isti lakuin ke beberapa warga yang dahulunya berprofesi
sebagai penjual atau pembuat mebel, mereka memiliki konsumen khusus.
Konsumennya itu orang-orang asing, bule yang lagi nginep-nginep cantik
bertaun-taun di Indonesia misalnya, duta-duta negara asing, pengusaha-pengusaha
asing, yaa pokoknya lebule lahh... kenapa sihh masyarakat Pondok Pinang ini
jualannya ke bule/orang asing,, ya udah jelas nilai jualnya lebih besar
ketimbang jual ke pribumi. Misalnya nih,, berdasarkan wawancara dengan Bapak
idris dan istrinya, mereka jualan kere bambu kan (tirai bambu) dengan
saudara-saudaranya yang lain,,mereka tuh suka nawarin ke orang aasing gitu buat
dibeli... apabila dahulu mereka biasanya jual ke asing di Kemang, semenjak ada
perumahan elite di dekat kampungnya, sebut saja Pondok Indah, mereka mulai tuh
tawarin ke warga asing yang mulai banyak tinggal di Pondok indah... ...
Beda lagi ceritanya ama Pak Haji Abu Bakar (beliau mantan tiga kali jadi kepala
desa di wilayah Pondok Pinang, yang kemudian menunaikan haji supaya jabatannya
diserahkan pada wakilnya, hehe lucu deh bapak ini), beliau langsung datang tuh
ke kedutaan nawarin produknya,, alhasil beliau yang pandai desain ini mampu
menjual banyak produk ukiran ke orang-orang kedutaan.
Nahh masalah muncul ketika
ketidakpercayaan mulai menghampiri. Taukan gimana rasanya kalo dalam sutu
hubungan sudah gak ada trust kita bakal males banget jalin ikatan,,
putus aja maunya,, gitu kan,ehhehe,,,... nahh itu tuh yang terjadi sama
kegiatan industri mebel di Pondok Pinang. berdasarkan wawancara sama warga
lainnya juga, usaha mereka mulai meredup tatkala bom-bom yang meletus itu
membuat orang-orang asing mulai banyak yang meninggalkan Jakarta misalnya.
Ataupun mereka yang bertahan di jakarta tidak begitu saja dengan mudah
mempersilahkan orang indonesia masuk ke rumahnya,, terdapat lapisan pengamanan,
minimalada tiga, satu gukguk syalala, satpam tralala, sama cctv lilili,,,,
mereka udah gak percaya lagi katanya masukin orang ‘indonesia’ mereka takut
akan dibom, dll gitu... sejak masa itu orang-orang yang berjualan dan bekerja
di mebel mulai berkurang dan memilih pekerjaan lain, misalnya menjadi buruh,
pegawai, atau bahkan sekarang yang lagi trenn,, jadi tukang G*jek,Gr*b, Ub*r,
dll.
Lalu menaggapi soal menjadi
pusaat mebel, di Pondok Pinang ko bisa sampai begitu masyarakatnya menjadi
pengrajin? Gimana sih asal usul mereka jadi pengrajin kayu ataupun bekerja di
industri mebel?
Nahh
ini nihh bahasannya akan kita uraikan berdasarkan penelitian Soemanang dan
skripsinya Isti
BERLAYAR KE DEKAT PERBATASAN
Minggu sore, 14 Agustus 2016
RESAH, LELAH, GERAH, DAN TAK
TERARAH
Aku masih berkutat dengan
macetnya jalanan ibu kota, Jakarta, dan dalam sesak padatnya mobil tronton
Angkatan Laut. Perjalanan yang begitu panjang dengan wajah langit yang
kian kelam,,, ditambah acara yang juga belum kelar-kelar,,, bajuku lusuh, putih
tak lagi bersih, wajahku semakin eksotis hasil terpaan sang surya selama dua
hari berturut-turut (dan akan berlanjut selama 9 hari di Sungaitohor).
Ketika waktu menunjukan pukul
setengah enam sore barulah rombongan tronton Angkatan Laut tiba di kampus
perjuangan orde baru,, aku dan kawan-kawan seperjuangan langsung menuju tempat
penutupan di Annex,,,, penutupan yang tidak tertutuptutuptutup,, sampai hati
ini mulai kembali resah, gundah dan gelisah,,,”GOD,, hayati belum packing
barang untuk perjalanan selanjutnya,,,” -syedimodeon
Setelah beberapa kali gladi
resik, upacara penutupanpun akhirnya berlangsung dengan tenggat waktu yang
tidak begitu lama dan akhirnya penutupan pun selesai,, tapiii sepertinya selalu
aja ada pengumuman lain yang seolah menghambat langkah kaki ini untuk segera
pulang,,, panitia kegiatanpun berkumandang.. “ absensi diulang, karena kemarin
ada yang dicoret coret,,,,,”,,, oke ngantri untuk ttd,, ttd selesai ada lagi
pengumuman,,, “ untuk keperluan sertifikat,, tulis nama dan npm,,” God ini
ngantri lagi,,, hmmm,,, selesai melakukan itu semua,,, akhirnya minta ijin
untuk pulang duluan,, itu sudah setengah tujuh lebih,,, dan setelah
pertimbangan sana sini,, akhirnya lepaaslah diri ini dari acara Latihan
Kebangsaan, Kebaharian dan Kepemimpinan yang diadakan oleh PLK berkolaborasi
dengan AL.
Dengan langkah gontai, cepat dan
rusuh,, aku berlari menuju jalan raya,, menyetop angkot dan pulangg,,, sekitar
pukul setengah delapan malam,,, tibalah di rumah,, dan bukannya melakukan
packing,, diri ini harus mencuci dulu semua baju yang basah dan kotor karena
pasir-pasir,, dan tentu saja belum mandi,,,,, huhuhu rasanya pengen nangis dan
batalin pergi ke riau,, sudah ngantuk mau tidur,, Allah capekk bangettt itu
acara yang cuma dua hari tapi full day itu,,
Tapi bukan dunia namanya kalo
gak capekk,, oke,,, dikebut juga itu nyuci baju,,, padahal pake mesin cuci,,
tapi baju yang melekat di badan gak bisa pake mesin cuci,baju putih, celana
training kuning yang sudah kumal tak berperi harus pakai tangan suci ini
nyucinyaa, Allah,,
Setelah sekitar satu jam
setengah selesai nyuci jemur, mandi,,, akhirnya baru packing baju dan
barang-barang,, dengan tenggat waktu pukul setengah sepuluh malam harus selesai
karena harus balik lagi ke depok,,,
Setelah packing selesai, ambil
barang dan keperluan di sodara,, maka pukul setengah 10 lebih 10 baru caw lagi
ke depok,, dengan bawaan barang yang lebih berat dari sebelumnya,,, udah kaya
mau mudik aja,,
Jam 10an sampai depok dan
berkumpul dengan teman-teman untuk berangkat ke bandara bersama..
Tapi yaaa,, betenyaaa udah mah
cape dan buru-buru dateng supaya ga terlambat,, ehhh ternyata beberapa teman
yang di depok atau dari beberapa daerah belum juga datang, kayaa gimana gituu
rasanyaaa,, kesel banget,,,
Akhirnya berangkat ke bandara
jam setengah 12 malam,, dan kita gadang sampai subuh,,jam 6 pagi kita berangkat
akhirnya ke riau pakai pesawat lion air,,
15 Agustus 2016, pukul 8 pagi,
pesawat yang mengangkasakan kami para researcher akhirnya tiba juga di pulau
sumatera, tepatnya di pekanbaru riau,,,,, dan perjalanan dilanjutkan
menggunakan mobil ke pelabuhan di buton,, wooowww perjalanan ini niih yang
jauhh,,, udah ngebuttt,, jalan lenglang tanpa hambatan,, tapi lamaaa bangett,,
mana sepanjang jalann deretan perkebunan sawitt,, kejadian yang paling kocak
adalah saat mela kebelet pipis dan supirnya malah nyaranin buat pipis di kebun
sawit aja soalnya supirnya ngejar waktu untuk segera sampai di pelabuhan dan ga
ada waktu nyari tempat yang ada toiletnyaa,, wakaka mela mulai terlihat tidak
nyaman, tidak senang dan mungkin ingin pingsan (emhh boong deh,haha), tapi
untungnya bapaknya memberhentikan mobil tidak di perkebunan sawit tapi di rumah
makan pinggir jalan,, setelah mela selesai,,perjalanan kembali dilanjutkan,,
dan tidak terasa sekitar 3jam menempuh perjalanan darat,, perjalanan menuju
tempat penelitian dilanjutkan dengan jalur air, menggunakan kapal,, wohooo ini benar-benar
perjalanan yang komplitt,, udara darat air,, berasa jadi avatar kann,,(elemen
api adalah hal haram dan terlarang di wilayah ini, karena berakibat kebakaran,,
apasih,, ga jelas,, skip it) hahaha
Perjalanan kapal ini juga
lumayan lama,, sekitar 2jam lebih,,, dan akhirnya sampailah kami di pelabuhan
desa sungai tohor,, pelabuhannya sederhana banget, Cuma tempat yang terbuat
dari kayu-kayu,, terus cuma sekedar tempat naik turun penumpang udah, ga ada
yang spesial,, dan sepi lagi pelabuhannya kalo kapal udah lewaat, hmmm,,
Di sini kami disambut masyarakat,,
masyarakatnya baik banget nganterin kami pakai motor padahal teman kami yang
sudah duluan di sana tidak memintanya,, alhamdulillah mereka memberikan kesan
pertama yang sangat hangat,,
Saat naik motor dari pelabuhan
ke rumah tempat kami akan menginap muncullah hewan purba nan berbahaya di
tengah jalan menghadang motoor yang saya tumpangi dan dengan gagah berani bapak
motornya mengusir makhluk tersebut yang sekilas pandang mata saya tampak
seperti komodo,,, haloo KOMODO di sungaitohor? Ada emangnya? hMmm baru sadar
kalo itu adalah biawak yang ukurannya cukup besar, hahaha,,,
Dann tadaaa pukul setengah tiga
sore sampailah kami ke rumah yang akan menaungi kami selama penelitian dan
rumah dari keluarga angkat kami,, wohoo itu ternyata rumah pak cik manan, salah
seorang pejuang lingkungan di desanya,, mantapplah prestasi mengenai
lingkungannya pak cik ini, bahkan udah ke prancis mennnn,, hebat banget kann
Okee kami akhirnya beristirahat
melepas lelah sambil makan, makan ini adalah makanan dengan menu ayam terakhir
yang saya dan kawan-kawan rc santap sejak masuk ke desa sungaitohor,, huhu ga
akan ada lagi ayam-ayam selanjutnya di sini,, T.T
Tapi sepertinyaa istirahat tidak
begitu berjalan lama,, ga tau ngapain waktu itu,, pokoknya jam 5 sore kami
pergi ke rumah singgah, rumah khusus yang dibangun untuk yang datang ke desa
itu dan tidak memiliki tempat tinggal, dengan posisi berdekatan dengan sanggar
seni linau kuning.
Malam ini katanyanya sih jam 7
malem bada isa mau ada sambutan dari kepala desa dan kepala kecamatan, tapi
acaranya cukup ngaret jam 8 lewat baru mulai, acara penyambutan dilakukan cukup
sederhana di sini. Beberapa ketua rw, rt , dan tokoh masyarakat diundang. Kami
para researcher satu persatu memperkenalkan diri, dan setiap perkenalan
diselingi candaan dari pak camat. Setelah semua memperkenalkan diri, dan pak
ades beserta pak camat memperkenalkan beberapa tokoh, pak kades juga
memberitahukan bahwa rapat-rapat di desa sungaitohr selalu dilakukan malam hari
karena tidak ingin menggagu waktu kerja para warga, serta dijelakan pula bahwa
listrik di sini tidak full day ada, hanya pukul 6 sore sampai 12 malam, serta
nanti subuh sampai jam 6 pagi baru ada lagi,, hmm sebuah tempat yang baru
pertama alinya saya datangi dnegan keterbatasan listrik,,,, dan acara
penyambutanpun resmi di tutup. Kami para perempuan yang tidur di rumah pak cik
manan yang sekitra 2 kilo dari sana harus berjalan kaki untuk pulang dan
diantar oleh para lelaki ksm,,hmm malem-malem jalan kaki di tengah deretan
lahan yang tidak penuh rumah,, dan anjing-anjing berkeliaran,, cukup membuat
seram juga, hihihi
Keesokan harinya, yakni tangal
16 agustus 2016, petualang dalam penelitian mulai benar-benar berjalan.
Kelompok tiga yang bernama kece Scriptumsentra dan beranggotakan Puji, Yuli,
Isti dan Altof (altof ga ikut, L ) mulai menapaki kaki – kaki mungil kami untuk
mengelilingi desa sungaitohor,, the first place is kantor desa,, yapp di hari
pertama kami mencari data-data soal kebenaran rapat-rapat yang diadaan dan
kunjungan-kunjungan yang terjadi yang disebut-sebut oleh beberapa sumber
internet terpercaya kan kedatangan Badan Restorasi Gambut dan beberapa kawan
sejenisnya,,,, di tengah terik matarahari dan hawa panas wilayah Sumatera, aku
dan puji mulai mengaluarkan alat pamungkas kami untuk menghalau silau kuning
sang surya,, yapp keluarlah payung-payung unyu warna oranye (punya isti) dan
payung warna hijau (punya puji), dan yuli,,, dengan bangga menantang kuning
matahari dengan kuning jas almamater kampus, Jakun,, hahaha...
Perjalanan baru setengah,,, baru
sampai ke rumah singgah,, capekk juga,, lelah tak terperi,,, tapi yang dekat
sanggar bukan kantor desa, tapi rumah kepala desa,, hmm,, kantor desa,, kita
tanya-tanya warga,, ituu de dari sini masih lurus aja,,, itu ada di dusun
satu,,, oke kita jalan,, jalan aja,, ga tau ppokonya lewat lapangan besar,,
yang di kemudian hari kita tau ada cerita sedihnya, hiks,,:”( ,, lagi asik
jalan menyusuri lahan-lahan berpohon sagu, dan tanaman lain yang tidak bisa
saya sebutkan namanya satu persatu,, mohon maaf,,,,, tiba-tiba di salah satu
pohon pinggir jalan,,, terjadi gerakan-gerakan yang kami yakini adalah gerakan
loncatan dari beberapa makhluk,, wow itu adalah monyet-monyet yang sedang
bermain-main lucu dan kegiatan asik nan menggembirakan mereka terganggu oleh
kehadiran kami ini, huhuhu sedih,, maaf ya nyett,, kita hanya numpang lewat,,
haha,,, setelah melewati jalan kekuasaan para monyet tibalah kami di kantor
desa,,yang sepi, hening dan mungkin kalo
bukan karena tembok bertuliskan kantor desa,, seperti rumah kosong ta
berpenhuni,, masuklah kami ke dalam kantor yang terbuka pintunya dan mengucap
salam,, assalamualaikum,, dan muncullah seorang perempuan petugas desa yang
ssndirian melihat chanel tv swasta, sebut saja trans tv dengan siaran ummat
(yang baru disadari dikemudian),, kami bertanya mengenai arsip-arsip desa
tentang lahan gambut ataupun sejenisnya,karena mbak nya ga tau, maka kita
menunggu mbak XYZ (lupa namnya,, maafin,, tapi mba nya cantik),, pulang dari
rumah penduduk... kami pun pamit dulu mau wawancara perdana ketua dusun satu
yang kebetulan rumahnya hanya berjarak kurang lebih 50 meter dari kantor
desa,,, maka pamitlah kami pada mbak ini,,, baru sepuluh langkah keluar dari
kantor desa, terlihatlah di depan kantor ini sebuah tempat yang sepertinya
menarik untuk dikunjungi di tengah terik matahari yang semakin menyengat ini,,,
apalagi ada sebuah termos es di depannya,, yapp sebut saja namanya warung warga
dusun satu,, kami pun pergi ke sana melihat isi termos es yag ternyata berisi
es-es dinginn,, dan beberapa minuman kemasan,,, kami memesan beberapa es dan
beristirahat sejenak,,,selesai makan es,, tiba-tiba muncullah sepeda motor yang
membawa mbak XYZ ke kantor desa,,kami pun beranjak dari warung tersebut setelah
membayar kembali ke dkantor desa, tidak jadi wanacara dusun satu,,
Kami mengucap alam kembali dan
msuk kantor desa,, dan mulai kembali menyampaikan maksud hati kami,, dan dengan
terbuka kai dipersilahkan melihat ageda rapat yang tealh dilakukan oleh desa
tersebut,, dan saat sedang asik melihat arsip desa, telinga saya menangkap
samar-samar suara dari sebealah kanan atas, dan ketika menengok saya cukup
kaget,, wow,,, ko tv nya nyala? ?baru ngeh ada tv dan nyala lagii,, “ohh itu
kami pakai panel surya, itu ada di luar panel surnyanya” kata mba-mba yang tadi
jaga sendirian.,,, ohhh saya baru ngehh,,,
Setelah melihat –melihat dan
sejujurnya kurang puasa karena tidak semua kegiatan ditulis oleh orang yang
sama dan tidak dibukukuna dalam satu tempat, maka kami hany dapat beberapa saja
yang kami maksud,, setelah urusan ini selesai barulah kami cuss benar-benar
mewawancara kepala dusun 1, ibu yuninda,,
Saat kami masuk dalam halaman
rumahnya,, pintu rumahnya terbuka, dan kami mengucapkan salam,, pertama saya, “Assalamualauikum”,,
tak ada jawawan, kemudian bergantian yuli dan puji, dan tetap tak ada jawaban
ataupun orang yang keluar dari rumah,, tapi kami mendengar orang di dalam
sedang aasik mengobrol,, akhirnya kuputuskan untuk melakukan salam settingan
(bukan cuma agenda yang bisa disetting brooh),, ,, “puj, yul, hitungan ketiga
kita sama-sama ucapkan salam ya”,, “iya ka”,,, sipp deh,, “yukkk satu dua tiga”,,
“ASSALAMUALAIKUMMM”,,, krik krik krik,, yang di dalam tetap saja mengobrol,,
salam setingan ini dilaknat mungkin ya,,.ampunikamu yawlohh :(,,,. tapi kami coba lagi salam setingan
kami,,, dan tetap saja tak ada yang keluar, akhirnya kami duduk sebentar di gazebo
rumah kepala dusun ini,, saat sedang menyusun yang setingan-setingan kembalii,,
eh sendalnya yuli putus,, padahal baru katanya,, hmmm yul yul baru salam
setingan udah kena azab ya,, ehh ups,, haha,,. Tak mau menyerah karena tidak
ada jawaban, akhirnya kami kembali mengucap salam dengan agak lebih keras dan
bersemangat,,, dan setelah beberapa saat pembicaraan di dalam rumah terhenti,,
hening dan muncullah sosok itu, sosok ibu-ibu yang adalah kepala dusun disertai
sang ratu,, ibunya ibu dusun..
Kami mengutarakann maksud kami
dan ibunya welcome banget,, kami dipersilakan masuk dan mulailah wawancara
perdana nan eksklusif dari kami,,,, masih agak kaku sih kami bertanya nya, dan
karena baru memulai wawancara mungkin agak grogi juga sehingga pertanyaan masih
terasa baku dan formal,,
Akhirnya wawancara selesai, kami
pamit,, namun sebelum kami kembali menjelajahi dusun,, kami kembali ke warung
warga dusun satu untuk membeli sendal baru untuk yuli,,, dan melakukan evaluasi
wawancara tadi, hal apa yang harus dan tidak harus dilakukan di wancara
berikutnya,, oke, sip selesai,, kami caw kembali mencari responden yang telah
ditentukan,, dan tujuan kami saat itu adalah tokoh masyarakat, yaitu Wak Nong
yang katanya tidak begitu jauh, dan berada di dusun dua,, wahh ternyata cukup
jauh,,, tetapi akhirnya kami sampai juga di rumah wak nong, kami mengucap salam,
namun tidak ada jawaban,, dan kamipun akhirnya kembali ke rumah kami,, melewati
jalan yang berbeda dengan yang kami lewati siang tadi,, kami melewati dusun
satu dan dusun dua dari sudut yang berbeda,, dan inilah perjalanan yang sulit,,
selain panas, dan jauh,, godaan terberat adalah banyaknya pohon rambutan
berderet sepanjag halaman rumah penduduk, yang berbuah lebat, merah dan
sepertinya memanggil untuk dipetik dan dimakan,, hmm sedih bangett hanya bisa
melihatnya saja,,
Di tengah perjalanan kami menuju
rumah,, kami bertemu teman kami, rohman si tengil dan faris si tengil 2,, dua
sejoli yang sedang berada di kedai sagu ka rinI yang nanti kami beri nama baru,
yaitu kedai awkarin...kami berbincang mengenai penelitian hari pertama, dan
setelah itu kami bersama pergi ke rumah tempat para perempuan menginap..
sesampainya di rumah, ternyata sudah banyak teman-teman kami yang juga telah
pulang, kami bercerita sedikit tentang perjalanan kami,, dan kamipun masuk
rumahh melepas penatt,,, dan kamipun kembali diundang untuk menghadiri acara
pengukuhan paskibra kecamatan Tebing Tinggi Timur..
Seperti biasa kami berjalan
kembali dari rumah pak cik manan ke sanggar, pakai jakun, selepas magrib.. dan
di acara pengukuhan ini adalah malam yang cukup kocak,, di mana tiap peserta
paskibra ditanya identitasnya oleh pak camat, disertai asal sekolah, ttl, asal
desa, nama orang tua, cita-cita, kadang ditanya juga nma desa,, dan pokoknya
hal-hal kocak lain yang ditanyakan atau dilontarkan oleh pak camat pada tiap
peserta sehingga warga dan kami terus tertawa sepanjang malam,,
Setelah acara pengukuhan selesai
yang terbilang cukup larut malam, akhirnya kami para peniliti ke rumah singga
untuk evaluasi hari pertama penelitian,, yang sejujurnya saya kurang antusias
karena ngantuk,, huhuh, setelah selesai evaluasi kami kembali ke rumah pak cik
tengah malam.. dan hari pertamapun done,,,,
Hari-hari berikutnya cukup
berjalan dengan baik dan seperti bisa kami kelompok three musketir berjalan kembali
menyusuri jalan-jalan yang cukup rapi penataannya dengan membawa peralatan
penting, yaitu payung, kamera, kuisioner dan alat tulis.. dan petualangan
mencari pejabat-pejabat warga kembali dimulai..
Objek penelitian kami yang
tergolong mudah untuk ditemukan ini ternyata mengalami bebeapara hambatan,
seperti faktor tempat para pejabat yang berjauhan, ketiadaan alat transportasi,
serta personel penlitian yang berjumlah dua sampai tiga orang yang melakukan
penelitian. Tapi masalah terbesar saya dalam perjalanan mencari responden
adalah begitu lebatnya buah rambutan yang ada di pohon dengan kondisi setiap
rumah punya pohon rambutan.
Hal ter-enggak banget yang saya
alami selama di sungaitohor adalah kejadian pengintipan di kamar mandi wanita yang berada di luar rumah
tempat kami menginap. Pada saat itu saya sedang mandi sekitar pukul 8 malam dan
belum lama saya masuk (lagi sampoan) terus teman dari luar ketuk-ketuk pintu “
yang di dalem cepat keluar” saya kira itu adalah tanda kalo saya terlalu lama
di kamar mandi tapi saya belum lima menit ada di dalam,, terus saya jawab
“bentar baru masuk”,, terus ada ketukan lagi “ ada orang di luar”,, terus saya
panikk,, saya ke sudut kamar mandii,, terus suasana heningg,,,”guyssss” saya
bersuara,, tapi krik krik krik di luar sana,,, waduhh mana mata saya mulai
pedih karena sampoo,,, “guysss” masih krik-krik,, lalu tak lama muncullah
suara-suara di luar ada suara teman-teman, ibu dan pak cik manan,, lalu saya
buru-buru menyelesaikan mandi saya dan segera keluar,,, ternyata teman saya
saat sedang antri kamar mandi lihat sorot lampu senter berada di belakang kamar
mandi,, aduhhh saya takut jadi korban pengintipan,, tapi saya merasa tidak
terintip karena memposisikan diri dengan baik dan benar di kamar mandii,,
(semoga saja T.T)
The last day in desa sungaitohor
is the best moment ever! Kami diberi acara perpisahan yang begitu mengesankan,
kami dipotongkan kambing yang didapat masyarakat karena mampu menutup PT LUM.
Hidangan khas sagu diberikan pada masyarakat sungaitohor dan para researcher.
Semua elemen masyarkat berkumpul,, nyanyi-nyanyi bareng sampe tengah malam,,,
senang, haru, dan sedih bercampur aduk, gak kerasa kalo besok saya dan
teman-teman akan meninggalkan tempat ini. Terlalu banyak cerita dan kenangan
yang gak bisa dilukiskan yang sudah kami lalui di sini selama 10 hari,, dan terlalu
banyak kebaikan yang diberikan masyarakat sungaitohor pada kami yang tak bisa
kami balas satu persatu,,
Meranti Membara
Ini nihh cerita terenggak
kedua,, jadi kami, three musketir yang sudah buat ppt penelitian untuk di
presentasikan di kabupaten meranti tidak jadi presentasi, sedih bangett,,,
karena pada saat itu meranti sedang dalam keadaan gawat,, terjadi pembunuhan! Huahuahua
ngerii kann,,, usut p
flash back,,,
the treee musketir sedang
berjalan di tengah panasnya udara dan terik matahari desa sungaitohorr,,mereka
berjalan menuju tiga tempat terencana. 1 kantor desa, 2 kantor camat, 3 kedai
ka rini. Tapi hanya satu misi mereka, yaitu LISTRIK. Yappp saat itu kami sedang
mengerjakan laporan penelitian dan PPT untuk dipresentasikan, tapi karena
baterai laptop sudah mendekati ajal membuat kami kami harus hunting listrik di
manapun tempatnya selama masih dalam radius kaki kami mampu melangkah. Maka pilihan
kami jatuhlah pada kedai ka rini. Di kedai ini ka rini memiliki panel surya
untuk memasok listrik bagi kebutuhan kedainya, dan dengan baik hati kak rini
memperbolehkan kami menggunakannya, ohh so sweet bangett,, dan di situ juga ada
kelompok lain yang ikut charge laptop n hp,, huhuhuhu...
tapi dalam masalah ngecharege
dengan mengandalkan sinar matahai juga kurang greget karena beberapa kali
awan-awan putih dan elok di angkasa sana dengan manisnya menghalangi sinar
matahari untuk mencpai panel maka dapat dibayangkanlah mati nyala mati
nyala,,,, uurrgghhhh Tuhannn ingatkan
hamba betapa harus bersyukurnya hamba tinggal di Pulau Jawa
the last thing i wanna say is Terima kasih saudara kami yang berada
di dekat perbatasan negara dan tetaplah menjadi pejuang lingkungan!
Label:
api,
desa,
gambut,
jawa,
kedai,
listrik,
pekanbaru,
penelitian,
perbatasan,
perjalanan,
perpisahan,
ppt,
rambutan,
riau,
sagu,
sawit,
sumatera,
sungaitohor,
three musketir
Selasa, 06 Juni 2017
Pondok Pinang apa Pondok Indah? -Part 1-
sumber : golfpondokindah.com
Ayoo..... lebih dulu pondok pinang apa pondok indah?
Bagaimana asal usul kedua tempat tersebut?
Orang lebih kenal pondok pinang atau pondok indah?
Yukk telusurii sejarah wilayah tersebut!
Rabu, 18 Januari 2017
DOKTIN MONROE : DARI POLITIK ISOLASI HINGGA PERANG DUNIA PERTAMA (1823-1917)
ilustrasi dari kebijakan doktrin Monroe
sumber : internet (kalo ga valid so sorry,,hehe)
Perang dunia
kedua yang dimulai pada tahun 1939 hingga berakhir pada tahun 1945 memunculkan
peran besar Amerika dalam kancah internasional. Amerika menjadi pemenang perang
dunia kedua dan menjadi satu-satunya kekuatan besar di dunia pasca berakhirnya
perang dingin tahun 1991 sehingga tidak heran apabila hegemoni negara tersebut
terhadap negara-negara lain begitu mencengkram bahkan Amerika sibuk terlibat
dalam berbagai urusan negara lain. Namun, sebelum menjadi negara adidaya dan
terlibat dalam mencampuri urusan negara lain seperti saat ini, Amerika pernah
menjalani politik isolasi dari negara-negara luar yang menyatakan bahwa negara
tersebut tidak ikut campur urusan negara lain dan tidak ingin pula urusannya
dicampuri oleh negara lain. Hal tersebut terjadi salah satu faktornya adalah karena
munculnya Doktrin Monroe tahun 1823.
Doktrin
Monroe merupakan suatu pernyataan yang dilontarkan oleh Presiden Amerika ke-5
(1817-1825), James Monroe, dalam pidato tahunannya di depan Kongres. Isi pidato
dari Monroe ialah mengenai penolakan Amerika terhadap negara-negara Eropa dalam
melakukan perluasan wilayah dan dominasi di benua Amerika. Doktrin Monroe ini dilatarbelakangi
oleh gejolak revolusi di negeri-negeri Amerika Tengah dan Amerika Selatan yang
ingin memerdekakan diri dari cengkraman bangsa Eropa, dan atas desakan publik Amerika,
Amerikapun mengakui kemerdekaan negara-negara Latin. Secara implisit, Doktrin
Monroe menyatakan bahwa America for the Americans sehingga sejak
bergulirnya doktrin tersebut, Amerika fokus membangun negerinya dan bersifat netral terhadap urusan yang terjadi di
Benua Eropa. Hal tersebut memperlihatkan dijalankannya politik isolasi Amerika
terhadap dunia luar dan dengan demikian menjadikannya sebagai politik luar
negeri Amerika.
Politik
isolasi yang dimaksud tentu bukan menutup diri dari setiap hubungan
internasional dengan negara-negara lain, isolasi yang dijalankan oleh Amerika adalah sebuah kenetralan akan masalah
yang dihadapi oleh negara-negara Eropa yang sedang berkonflik serta
tidak memihak blok manapun, baik Aliansi Suci maupun Sekutu. Kebijakan tersebut
selain mengacu pada doktrin Monroe juga mengacu pada ucapan Washington dalam
pidato perpisahannya pada tanggal 17 September 1796 yang menguraikan
dasar-dasar politik luar negeri Amerika dengan pengertian tidak mengajukan
pendapat dalam masalah Eropa. [1]
Ketika bayang-bayang
perang dunia pertama muncul di hadapan Amerika, Doktrin Monroe dan politik
isolasi tersebut tentu tidak dapat pula dipertahankan selamanya. Kedaulatan Amerika
mulai mengalami ancaman serius sebagai dampak dari perang tersebut sehingga diperlukan
tindakan untuk mengatasinya. Di tahun 1917 Amerika
serikat bergabung dengan Perancis dan Inggris untuk melawan Jerman yang
mengancam kemerdekaan kedua negara tersebut. Masih di bawah sikap mempertahankan kenetralan, Amerika masuk dalam
perang dunia pertama hanya sebatas
“penengah”, meskipun hal tersebut menyalahi doktrin Monroe. Perang yang
dimaksudkan oleh Amerika tentu sebagai bentuk menjaga demokrasi tetap berjalan,
dunia aman dan damai serta sebagai bentuk penghentian perang (war end war).
Dengan
demikian, Doktrin Monroe yang dilontarkan tahun 1823 mengalami perubahan orientasi
yang disesuaikan dengan situasi yang dihadapi oleh Amerika dan juga masyarakatnya.
Pengaruh Doktrin Monroe terhadap Politik Isolasi Amerika
Amerika Serikat (The
United States Of America) mendeklarasikan kemerdekaannya dari Inggris pada tanggal
4 Juli 1776 setelah melalui serangkain perang dan perjuangan. Pengalamannya
sebagai daerah koloni dari bangsa Eropa yang pindah ke benua baru untuk
kehidupan yang lebih baik, baik dari segi politik, ekonomi, sosial budaya dan
juga kehidupan beragama, menjadikan negara ini menjunjung tinggi nilai liberalisme
dan demokrasi sebagai dasar negara. Sebagai negara yang menjungjung tinggi
demokrasi dan libelarisme, Amerika juga harus menghormati hak merdeka bangsa
lain yang juga ingin lepas dari kungkungan bangsa Eropa. Doktrin Monroe menjadi
salah satu jawaban dari bentuk demokrasi Amerika terhadap dunia internasional
pada saat itu.
Doktrin tersebut muncul dilatarbelakangi oleh gerakan
revolusi dari Amerika tengah dan selatan pada dekade awal abad ke-19. Ketika para koloni Inggris mendapatkan
kebebasannya dan menjadi negara merdeka seutuhnya, gagasan tersebut juga
memberikan pengaruh pada rakyat Amerika Latin. Penaklukan Napoleon atas Spanyol
dan Portugal pada 1808 menjadi pertanda bagi rakyat Amerika Latin untuk
mengadakan pemberontakan. Menjelang 1822, dipimpin dengan cakap oleh Simon
Bolivar, Francisco Miranda, Jose de San Martin dan Miguel de Hidalgo, sebagian
besar Amerika Hispanik–dari Argentina dan Chili di selatan hingga Meksiko di
utara–memenangkan kemerdekaan mereka. Rakyat Amerika Serikat melihatnya sebagai
sebuah pengulangan pengalaman mereka sendiri dalam memisahkan diri dari bawah
kekuasaan Eropa. Gerakan kemerdekaan Amerika Latin mempertegas keyakinan rakyat
Amerika terhadap pemerintahan otonomi. Maka, dengan tekanan dari publik,
Presiden James Monroe pada 1822 menerima wewenang untuk mengakui negara Amerika
Latin baru dan menegaskan status mereka sebagai negara merdeka yang
sesungguhnya, sepenuhnya terpisah dari ikatan lama mereka dengan Eropa,
layaknya negara Amerika Serikat.[2].
James Monroe dalam pidato tahunannya di depan
Kongres pada tanggal 2 Desember 1823 menyampaikan apa yang kemudian dikenal
sebagai doktrin Monroe- suatu penolakan toleransi terhadap dominasi lebih
lanjut Eropa di benua Amerika. Pernyataan James Monroe mengekspresikan akan dua
keadaan khusus yang terjadi pada saat itu. Pertama, dia takut akan rencana
Rusia untuk mendirikan koloni di pantai barat. Kedua dia takut akan rencana
bangsa-bangsa Eropa untuk mengembalikan koloni-koloni Spanyol di Amerika Latin yang
memberontak dan menyatakan kemerdekaannya. Tentu saja Amerika menentang hal
tersebut.[3]
Amerika sangat khawatir karena Amerika Latin telah menjadi mitra perdagangan
yang sangat penting pada saat itu.
Doktin Monroe
merupakan manifestasi politik status quo yang mempunyai arti penting
bagi Amerika Serikat dan merupakan landasan hubungan luar negerinya. Deklarasi
unilateral oleh presiden James Monroe menetapkan dua prinsip doktrin. Pertama
doktrin tersebut menetapkan agar Amerika serikat menghormati pembagian
kekuasaan yang sudah ada di dunia belahan barat. “Dengan koloni yang sudah ada
atau ketergantungan terhadap kekuatan Eropa mana pun, kami tidak pernah campur
tangan dan takkan pernah campur tangan”. Kedua, doktrin tersebut menyatakan
perlawanan Amerika serikat terhadap perubahan apa pun atas pembagian kekuasaan yang ada oleh suatu
negara non-Amerika : “Tetapi dengan pemerintah yang telah menyatakan
kemerdekaannya dan mempertahankan kemerdekaan itu, juga kemerdekaan yang telah
kita... akui, kita tidak dapat membiarkan tindakan campur tangan apa pun yang
bertujuan menekan mereka, atau mengendalikan nasib mereka dengan cara apa pun,
oleh kekuatan Eropa mana pun dengan anggapan selain manifestasi disposisi tidak
ramah terhadap Amerika Serikat.”[4]
Dengan
demikian, Amerika secara jelas menolak setiap bentuk intervensi asing terhadap
negaranya dan juga negara di benua Amerika, dan sebagai “balasannya” Amerika
tidak turut campur dalam urusan negara-negara Eropa serta memilih untuk
bersifat netral terhadap konflik yang berlangsung di benua Eropa.
Ketidak ikut campuran Amerika dalam percaturan
konflik Eropa membuatnya fokus dalam membangun negara sehingga pada saat
tersebut mulailah tumbuh benih-benih politik isolasi dalam masyarakat Amerika. Isolasi
yang dijalankan oleh Amerika adalah sebuah bentuk ketidakberpihakan Amerika
terhadap blok manapun di Eropa dan lebih memilih bersikap netral.
Apabila merujuk pada
ucapan Geoge Washington dalam pidato perpisahannya di depan Kongres, adalah
bahaya dan tidak ada manfaatnya bagi Amerika untuk berpihak pada blok-blok yang
sedang bertikai di Eropa “bagi Eropa ada sejumlah kepentingan mendasar yang
tidak ada kaitannya dengan kita atau hubungan kita dengannya jauh karena itu
mengharuskan Eropa untuk terjun dalam konflik yang terus-menerus yang sebabnya
asing bagi kita dan juga kepentingan kita” selain itu diutarakan pula oleh
Washington bahwa tidak bijak jika “ kami melibatkan diri dengan ikatan-ikatan
semu dalam pergolakan politik dan kelompoknya serta konflik permusuhan dan persahabatannya.
Sesungguhnya posisi kita yang jauh dan terpisah darinya mengajak kita untuk,
bahkan dapat mengikuti jalan lain…. Mengapa kita harus meninggalkan
keistimewaan posisi yang unik ini? kenapa kita meninggalkan tanah kita untuk
berdiri di tanah yang asing dengan kita? Kenapa kita harus mengikatkan nasib
kita dengan nasib eropa sementara kita melibatkan bangsa kita dengan
ambisi-ambisi negara eropa dan menyaingi dalam kepentingan langkah-langkahnya?” [5]
Ucapan Washington tersebut dapat menggambarkan rasa
nasionalisme untuk melawan penjajah (bangsa Eropa) telah muncul pascaperang
kemerdekaan. Nasionalisme di Amerika tersebut membentuk isolasi politik dan
ideologi antara Amerika dan Eropa. Meskipun tidak secara langsung Washington
mendoktrin untuk melakukan isolasi dan pemutusan hubungan dengan Eropa, tetapi
ketika Monroe menyatakan doktrinnya, hal tersebut layaknya sebuah dorongan lain
bagi masyarakat Amerika untuk benar-benar menutup diri dari konflik-konflik
Eropa dan fokus terhadap pembangunan negara sendiri.
Dengan doktrin Monroe, paham demokrasi dan sistem
ekonomi yang dianutpun turut mendorong politik isolasi dilaksanakan oleh masyarakat
Amerika. Untuk membangun ekonomi, Amerika mengadopsi kapitalisme dan
liberalisme perdagangan dari revolusi industri. Hal tersebut mendorong masyarakat
Amerika berorientasi pada ekonomi dan materialisme, sedangkan politik bukan
sesuatu yang penting bagi mereka. Dengan berfokus pada ekonomi masyarakat Amerika
mendapati dirinya dalam damai dan kemakmuran sedangkan negara-negara Eropa
masih sibuk dalam konflik dan peperangan. Titik tolak tersebut menciptakan satu
falsafah bagi Amerika yang melandasi politik isolasi; bahwa Amerika harus
memutus hubungan dengan Eropa karena dengan adanya isolasi dari Eropa, Amerika
dapat menjaga kejernihan demokrasinya dan terfokus pada politik dalam negeri
dengan mengembangkan kekakayaan dan menjaga kebebasan.[6]
2 Perang Dunia Pertama sebagai bentuk penyimpangan
Doktrin Monroe
Bergolaknya konflik negara-negara Eropa
berakhir dengan munculnya perang dunia pertama pada tahun 1914. Perang yang
hanya melibatkan negara-negara Eropa tersebut sering disebut sebagai perang
Eropa, tetapi dampak dari perang tersebut berpengaruh besar terhadap kehidupan
masyarakat Amerika dan juga politik luar negerinya. Sejak 1914, Amerika mulai menjadi sebuah
kekuatan dunia, mendapatkan hubungan jauh dengan koloni, menjadi sebuah elemen
dalam keseimbangan kekuatan Eropa, dan
kebijakan luar negerinya berubah dari kebenuaan dan keisolasian ke dalam
sebuah bidang yang lebih besar.[7]
Bagi
masyarakyat Amerika yang hidup pada 1914, pecahnya perang di Eropa—Jerman dan
Austria- Hongaria melawan Inggris, Perancis, dan Rusia—membuat mereka
tersentak. Awalnya pertempuran itu seakan terasa sangat jauh, tapi dampak
ekonomi dan politiknya terasa dalam waktu singkat dan dengan parah. Selama
1915, industri Amerika, yang sedang mengalami masa depresi ringan, mulai
membaik karena adanya permintaan peralatan perang dari Sekutu di Barat. Kedua
pihak yang berseteru menggunakan propaganda untuk menyulut semangat rakyat
Amerika—yang sepertiganya adalah warga negara asing atau lahir dari orangtua
berkewarganegaraan asing.[8]
Awalnya, bangsa Amerika masih memegang
teguh sikap netralnya terhadap negara-negara yang berkonflik, dengan masih di
bawah doktrin Monroe, keterlibatan Amerika dalam perang tersebut hanya sebatas
produsen dan penjual senjata untuk para negara yang berperang di Eropa, tidak
ambil bagian dari konflik secara langsung. Bangsa Amerika dimasa damai tidak memalingkan perhatiaannya pada
masalah luar negeri karena itu akan memalingkan manusia dari nilai materi
mereka serta membalikkan nilai-nilai sosialnya, kecuali dengan terpaksa.
Faktor yang mulai menggoyahkan
kenetralan masyarakat Amerika dalam mempertahankan doktrin Monroe adalah ketika
kapal-kapal Amerika dihadang, digeledah serta barang-barangnya diambil oleh
Inggris ataupun Jerman, hal yang dilakukan Amerika masih sebatas protes dan
peringatan. Kemudian, kapal sipil Inggris, Lusitania, pada 7 Mei 1915
ditenggelamkan oleh kapal selam Jerman sehingga menewaskan 1.198 orang, 128
orang di antaranya adalah orang Amerika. Hal itu tentu menimbulkan kemarahan
rakyat Amerika sehingga membuat Presiden Wilson mendesak agar penyerangan
terhadap angkutan laut dan kapal dagang Amerika segera dihentikan. Adanya
peringatan dari Amerika tersebut membuat Jerman untuk sementara waktu
menghentikan perang kapal selamnya, tetapi pada Agustus 1915, Jerman kembali
melakukan serangan untuk menenggelamkan kapal pesiar Inggris, Arabic, dan kapal
pesiar Perancis, Sussex, yang hancur terkena torpedo pada Maret 1916.
Hal tersebut tentu tidak dapat lagi
ditolerir oleh Amerika, ketika negara-negara yang berperang mulai mengancam dan
mengganggu hak hidup masyarakat Amerika, tentu bangsa Amerika tidak bisa
tinggal diam dan tidak mungkin
berpura-pura tidak mengetahuinya sehingga Amerika yang menjunjung
demokrasi dan kebebasan menuntut pertanggung jawaban dari akibat perang yang
berdampak pada Amerika. Amerika tidak dapat lagi hanya sekedar memberikan
peringatan, tentu harus ada ketegasan sikap dalam menghadapi Perang Dunia Pertama.
Maka, konsekuensi logis dari hal tersebut adalah penyimpangan terhadap dokrin
Monroe dan politik isolasi.
Presiden Wilson yang kembali terpilih
pada 1916, merasa mengemban tugas untuk bertindak sebagai pendamai, dia
berpidato di hadapan Senat Amerika, pada 22 Januari 1917, mendesak negara yang
sedang berperang untuk menerima “perdamaian tanpa kemenangan.” Namun pada 31
Januari 1917, pemerintah Jerman mulai menjalani perang terbuka di dasar laut
dan menyebabkan lima armada laut Amerika tenggelam. Maka tidak mungkin lagi
Amerika hanya memberikan ultimatum tanpa bertindak. Ketika provokasi dikobarkan, maka penggunaan sarana kekerasan seperti
perang digunakan untuk mencapai kedamaian dan kestabilan. Sementara serangan
militer Amerika hanya untuk membela demokrasi dan mengenyahkan musuh yang tidak
bermoral yang bisa mengancam demokrasi.[9]
Perang yang dilancarkan Amerika menurut pandangan
bangsa Amerika bukanlah suatu bentuk politik kekuasaaan seperti yang dilakukan
oleh negara-negara Eropa yang yang didorong oleh konflik antarkelas.
Keterlibatan Amerika dalam kancah perang dunia adalah untuk mengembalikan
perimbangan di Eropa, di mana penguasaan satu negara terhadapnya akan mengecam
keamanan Amerika itu sendiri. Adapun intervensi menurut cara pandang bangsa
Amerika adalah dalam rangka menghapuskan kediktatoran dan mengembalikan
demokrasi.[10]
Dengan
pandangan tersebut, maka Amerika mulai merealisasikan untuk masuk kancah perang
dan bergabung dalam blok sekutu. Pada tanggal 2 April 1917 Presiden Wilson mendapat
persetujuan untuk mendeklarasikan perang dari Kongres. Pemerintah bergerak
cepat dalam mengerahkan sumber daya militer, industri, tenaga dan hasil
pertanian untuk persiapan perang. Selama Oktober 1918, pada malam sebelum
kemenangan pihak Sekutu, lebih dari 1.750.000 tentara Amerika telah tersebar di
Perancis. Pada musim panas 1918, tentara Amerika yang baru tiba di bawah
pimpinan Jendral J. Pershing memainkan peranan penting dalam menghentikan
serangan terakhir dari Jerman. Pada musim gugur tahun itu, tentara Amerika
merupakan tokoh kunci dalam serangan di Meuse-Argonne, yang berhasil menembus
Garis Hindenburg Jerman. Presiden Wilson berkontribusi besar dalam mengakhiri
perang secara lebih cepat dengan mendefinisikan tujuan perang Amerika yang
menyatakan perjuangan ini bukan untuk memerangi rakyat Jerman melainkan
terhadap pemerintahan otoriter mereka.[11]
Meskipun
masuknya perang Amerika dalam perang dunia pertama menyimpang dari doktrin
Monroe, tapi Amerika berupaya supaya bentuk akhir dari perang ialah suatu
perasaaan untuk menjaga perdamaian diantara negara-negara Eropa. pasca
berakhirnya perang tahun 1918, presiden Wilson mengajukan suatu keputusan pada
Senat yang disebut dengan Empat Belas Poin, yang salah satu isinya adalah pendirian
liga bangsa-bangsa untuk mengikat perdamaian antar negara yang berperang. Namun
negara-negara yang berkonflik tersebut, khususnya blok Sekutu yang menang
perang dunia pertama, mengeluarkan perjanjian Versailles yang salah satu isinya
adalah membebankan tanggungan pampasan perang yang sangat berat terhadap Jerman.
Pendirian Liga bangsa-bangsa yang
digagas oleh presiden Wilson ini mendapat opposisi dari senator Republik di Senat,
Borah dan Lodge. Presiden Wilson gagal melibatkan tokoh terkemuka partai Republik
dalam negosiasi perjanjian perdamaian. Ia kembali dengan dokumentasi setengah
jadi, dan menolak mengadakan konsesi yang diperlukan guna melenyapkan
kekhawatiran partai Republik tentang perlindungan terhadap kedaulatan Amerika.
Dalam dua kali pengambilan suara—pada November 1919 dan Maret 1920— Senat
kembali menolak Traktat Versailles dan juga menolak Liga Bangsa-bangsa. Penolakan
Senat terhadap Traktat Versailles dan Liga Bangsa-bangsa serta kekalahan Wilson
menunjukkan rakyat Amerika belum siap berperan sebagai pemimpin di tingkat
dunia. Visi Wilson yang terlampau muluk sempat menginspirasi bangsa Amerika
dalam waktu singkat, namun ketika terbentur dengan kenyataan, visi tersebut
dengan cepat menimbulkan kekecewaan luas terhadap masalah dunia. Secara
naluriah Amerika kembali menganut isolasionisme.[12]
KESIMPULAN
Doktrin Monroe yang diucapkan oleh Presiden Amerika
ke-5, James Monroe, pada tanggal 2 Desember 1823 di hadapan Kongres mendapat
sambutan baik dari masyarakat Amerika untuk bersikap netral dan tidak ikut
campur dalam konflik negara-negara Eropa karena dalam menjalankan politik luar negerinya,
Amerika menjunjung demokrasi dan kebebasan. Munculnya Doktrin
Monroe mampu memberikan pengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat Amerika
Serikat pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Berkorelasi dengan hal
tersebut, Amerika menjalankan politik isolasi yang berlangsung di berbagai
bidang kehidupannya, baik di bidang ekonomi dan politik sehingga kehidupan di
amerika dapat dikatakan damai, karena masyarakat tidak terganggu urusan politik
luar negeri negara lain dan fokus membangun negerinya.
Pecahnya perang dunia pertama di Eropa tahun 1914
turut menyeret Amerika untuk turun langsung mengatasi perang. Hal tersebut
merupakan penyimpangan dari Doktrin Monroe yang salah satu isinya menyatakan
bahwa Amerika tidak terlibat dalam urusan konflik negara-negara Eropa. namun, Presiden
Wilson, sebagai presiden yang menjabat pada masa itu tidak bisa tinggal diam
ketika Amerika dan masyarkatnya mulai terancam kedaulatannya karena perang
tersebut, terutama oleh Jerman dengan perang kapal selamnya. Maka pada tahun
1917, Presdien Wilson yang mendapatkan persetujuan dari Kongres menyatakan terlibat
perang dan ikut dalam blok Sekutu. Tujuan masuknya Amerika dalam perang dunia
satu adalah sebagai bentuk menjaga perdamaian dan keamanan berdirinya
demokrasi.
Cepat berakhirnya perang dunia pertama pada tahun
1918 salah satunya adalah karena jasa Presiden Wilson, sehingga sebagai bentuk
menjaga perdamaian, dia mengajukan pembentukan Liga Bangsa-Bangsa dengan
Amerika sebagai pemimpinnya. Akan tetapi, terjadi penolakan oleh Senat Amerika Serikat
terhadap keterlibatan Amerika dalam liga yang dikhususkan untuk penyelesaian
perdamaian negara-negara Eropa sehingga secara naluriah, Amerika kembali menganut
politik isolasi.
Daftar Pustaka
Biro Program Informasi
Internasional. 2005. Garis Besar Sejarah Amerika.
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.
Cipto,
Bambang. 2007. Amerika. Lingkaran Buku : Yogyakarta.
Dukes, Paul. 2000. The
Superpowers : A Short History. Routledge: New York.
Donova, Frank. 1963. Mr. Monroe’s Message : The Story of the
Monroe Doctrin. Dood, Mead and Company
: New York.
Morgenthau, Hans. J. 2010. Politik Antarbangsa. Perpustakaan Nasional
: Jakarta.
Musa, Muhammad. 2003. Hegemoni Barat Terhadap Percaturan Politik
Dunia : Sebuah Potret Hubungan
Internasional. Wahyu Press : Jakarta.
Perkins, Dexter. 1944. America and Two Wars. Little, Brown and
Company : Boston.
Sumber Internet :
http://usa.usembassy.de (diakses pada hari kamis, 10
desember 2015. Pukul 15:35 WIB)
[1] Hans J. Morgenthau. Politik
Antarbangsa. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2010), hlm. 23
[2] Biro
Program Informasi Internasional. Garis
Besar Sejarah Amerika. (Departemen Luar Negeri Amerika Serikat : 2005).
hlm. 125
[3] Frank Donova. Mr. Monroe’s
Message : The Story of the Monroe Doctrin. (New York : Dood, Mead and
Company, 1963). hlm. 4
[4] Hans J. Morgenthau. Op. Cit.
hlm. 60
[5] Muhammad Musa. Hegemoni Barat
Terhadap Pencaturan Politik Dunia: Sebuah Potret Hubungan Internasional.
(Jakarta: Wahyu Press, 2003), hlm. 122
[6] Muhammad Musa. Op. Cit. hlm.
129-130
[7] Dexter Perkins. America and
Two Wars. (Boston : Little, Brown and Company, 1944), hlm. 3
[9] Muhammad Musa. Op. Cit. hlm.
132
[10] Muhammad Musa. Op. Cit.
hlm. 131-132
Langganan:
Postingan (Atom)