Kamis, 12 Maret 2015

Beberapa Contoh Hubungan Tradisional Serantau


(a)   Hubungan Siam-Melaka

Kerajaan Ayudhya sebelum tahun 1405 menyatakan bahwa Melaka berada di bawah kekuasaaan Kerajaan Ayudhya. Tetapi, pada saat Melaka diperintah oleh Muhammad Syah, tahun 1405, Melakan mengadakan hubungan diplomatic dengan Cina, sehingga Cina memberikan perlindungan pada Melaka. Ayudhya yang merasa merupakan pusat kuasa atas Melaka tidak terima jika negeri bawahannya setara kedudukannya karena mendapat perlindungan dari Cina sehingga hal ini menyebabkab Ayudhya merampas alat pertabalan yang diberikan oleh Raja Cina pada Melaka.

Berdasarkan konsep tributari dan mandala, Melaka adalah bagian dari kerjaan Siam, maka kemnculan negeri yang ssetar dengan Ayudhya adalah menyalahi konsep mandala sehingga pada tahun 1419, Siam melakukan penyerangan terhadap Melaka. Keadaan ini menjadikan Siam mendapat kecaman dari Cina. Serangan yang dilakukan Siam terhadap Melaka menyebabkan beberapa wilayah mandala Siam melepaskan diri dan bergabung dalam wilayah mandala Melaka. Keadaan ini menjadikan hubungan politik yang agresif dari Ayudhya dan subversive dari Melaka.

Melaka berkembang pesat dari segi ekonomi, politik dan ketentaraan sejak raja Melaka menganut agama Islam tahun 1436. Pesatnya Melaka menjadikan sebuah pusat kuasa politik baru yang menyamai Siam, sedangkan Siam tidak terima dengan keadaan tersebut.

Pada masa pemerintahan Sultan Muzaffar Syah, Melaka mencoba untuk mengadakan hubungan baik dengan Siam dan Ayudhya menerima tawaran tersebut karena secara ekonomi (perdagangan) kedua kerajaan ini terhubung secara kuat.

(b) Hubungan Myanmar-Siam

Hubungan yang terjalin antara dua kerajaan besar di Tanah Besar ini  dapat dikatakan kurang harmonis karena berada dalam kedudukan yang setara pada abad ke-14 hingga ke-16. Hubungan tributary yang dianggap dapat menjamin keadaan damai di Asia Tenggara tidak mempengaruhi persaingan antara dua kerajaan ini. Baik Siam maupun Myanmar sama-sama memilih konsep raja alam semesta. Cakravartin dalam falsafah politik kerajaannya. Dengan begitu tidak heran apabila munculnya pusat kekuasaan lain menjadi hal yang tidak dapat diterima,sehingga konflik dan peperangan mewarnai kehidupan dua kerajaan ini pada abad ke-16 karena perebutan pengaruh dan wilayah mandala.

Sebelum terjadinya konflik dan peperangan, hubungan antara Siam –Myanmar ini pernah berusaha untuk membina hubungan baik karena menurut ajaran cakravartin, seorang raja haruslah menunjukan sikap moral yang baik untuk berdamai terhadap pemerintahan kerajaan lain, namun karena cara diplomatik ini gagal, maka cara kekerasan yang digunakan

Pada masa pemerintahan Raja Naresuan, hubungan Siam dan Myanmar ini berjalan naik dan aman. Sejak abad ke-17 hingga ke-18 mulai terjadi kerjasama antar kerajaan karena raja-raja yang memerintah tidak berambisi menggunakan kekuasaan dan saling mengadakan misi diplomatik serta hubungan ekonomi kedua kerajaan berkembang pesat.

(c) Hubungan Majapahit dengan Negeri-Negeri di Nusantara

Majapahit muncul sebagai kerajaan yg menggantikan Sriwijaya pada abad pada abad ke-13, yaitu pada tahun 1294 dengan raja pertama yaitu Kertarajasa Jayawardhana. Majapahit merupakan kerajaan yang berawal dari dua kerajaan, yaitu Singasari dan Kediri. Majapahit mengalami puncak kejayaannya pada masa Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada, di mana Majapahit dapat melebarkan kekuasaan dan pengaruh politiknya meliputi hampir seluruh wilayah Nusantara, dengan ciri-ciri pusat kuasa sosioekonomi pedalaman,yaitu memanfaatkan ertanian dan hasil hutan, dan memiliki ciri-ciri perdagangan yang bersifat mariti, yaitu melakukan aktivitas dagang dnegan India, Asia Barat dan juga Cina.

Hubungan Majapahit terhadap negeri-negeri di bawah lingkungan politikya menggunakan konsep yang juga berlaku di Tanah Besar, yaitu konsep raja agung, mandala, dan tributari.  Hubungan Majapahit dengan negeri luar mandalanya terjalin baik, yaitu dengan Campa, Kemboja dan Siam yang mencerminkan samanya kedudukan kerajaan-kerajaan tersebut. Sedangkan untuk negeri vassalnya, Majapahit terlihat keras dalam menjalankan kegiatan politiknya, seperti pada Kerajaan Sriwijaya yang telah ditaklukan oleh Majapahit. Hal ini terjadi karena Sriwijaya menerima tanda kedudukan “merdeka” dari Cina dan ini dianggap melecehkan kekuasaan Majapahit.

Majapahit mulai kehilangan pamor dan kuasanya pada abad ke-15 dengan munculnya Melaka sebagai pusata kekuatan politik, ketentraman dan ekonomi yang utama di Tanah Melayu, serta adanya pertentangan politik dari dalam Kerajaan Majapahit membuatnya jatuh ke Kerajaan Demak pada tahun 1527. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar